بِالْوَاحِـدِيَةِ بِفَضْـــلِ
رَبِّـنَا
|
◙
|
اَلْحَمْـدُ
لِلَّهِ الَّـذِى آتَــاَنا
|
عَلَـيْكَ يا رَؤُفٌ يَارَحِيْـــمُ
|
◙
|
ياَ
سَيِّـدِى الصَّـلاَةُ وَالسَّلاَمُ
|
بِكَ الْهُدَى الرِّضَا الْفُتُوْحَ
الْفَرَجِ
|
◙
|
وَالاَلِ
قَدْ اُسْرِعَتِ الْحَـوَائِجِ
|
عِنْـدَ الْكَـرِيْمِ اَبَـدًا
وَرَبِّـناَ
|
◙
|
انْتَ
الْمُشَفَّعُ الشَفِيْعُ اِشْفَعْ لَناَ
|
عَلَيْـكَ رَبِّــــنِى باِذْنِ اللهِ
|
◙
|
يَآ
أَيُّهاَ اْلغَـوْثُ سَــلاَمُ اللهِ
|
مُوْصِلَةً لِلْحَـضْرَة
ِالْعَلِـــيَّة
|
◙
|
وَانْـظُرْ
إِلىََََّ سَيِـّدِى بنَِظْـرَةٍ
|
اَلْحَمْدُ
للهِ بِفَضْلِ اللهْ وَشَفَاعَةِ رَسُوْلِهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَبَرَكَةِ غَوْثِ هَذَا الزَّمَانِ وَاَعْوَانِهِ رَضِى الله ُعَنْهُمْ
Himpunan khutbah ini
bisa terwujud dengan bersumber dari Alqur’an, Hadits dan Aqwalis-Sholihin, yang sebagian besar pernah
disampaikan oleh Syaikh Al ‘Arif Billah Shohibus Sholawatil-Wahidiyah Kyai
Al-Hajj Abdoel Madjid Ma’roef, Kediri, Jawa Timur.
Akan
tetapi himpunan ini hanya menurut kemampuan akal pikiran yang sangat terbatas
karena jahuul dan kafuur penulisnya.
Himpuan
ini dibuat pada awal bulan Maret tahun 1988 M tepat dalam keadaan sakit
reumatik.
Jadi
jelas sudah, bahwa kumpulan khutbah ini bukan karena haulina wa quwatina
atau juga arodatina, akan tetapi dari Alloh SWT, dan tidak mungkin dari
penulis sendiri yang masih dalam keadaan sakit rematik:
وَلِذَالِكَ اِنْ
وُجِدَ فِيْهِ صَوَابٌ وَخَيْرٌ فَهُوَ مِنَ اللهِ تَعَالىَ وَاِنْ وُجَدَ فِيْهِ
خَطَأٌٌ وَشَرٌّ فَلَيْسَ اِلاَّ مِنَ الْمُذْنِبِ الْمُظْلِمِ
Maksudnya hanya untuk meneruskan
ajaran yang haq menurut Wahidiyah melalui Khutbah Jum’at dan lain-lainnya.
Penulis
berharap dengan sangat kepada para pembaca sudi kiranya memberikan koreksi yang
sangat dibutuhkan dalam buku ini, bahkan penulis sendiri siap dan ridlo untuk
dikoreksi apabila diperlukan.
Ketika
menulis buku khutbah ini, penulis merasa tidak bisa membacakan kepada
masyarakat, penulis mohon pamit melalui buku ini “selamat berpisah ilaa
yaumil qiyamah”. Khususnya kepada para Pengamal Sholawat Wahidiyah penulis
berharap semoga buku ini ditingkatkan dalam segi mutunya dan juga penyiarannya
atas pertangungjawaban kita kepada Muallif Sholawat Wahidiyah. Selamat berpisah
dan berjuang Fafirruu Ilalloh Wa Rosuulihi Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam.
Atas
perhatian dan bantuan baik moril maupun materiil kami haturkan Jazaakumulloohu
Khoirootit Dunyaa wal Akhiroh.
Tulungagung,
2 Muharram 1989
Penulis,
KH. MOH. ZAINAL FANANI
Khutbah Pertama
“PENERAPAN DUA KALIMAH SYAHADAH”
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى
اَنْعَمَناَ بِنِعْمَةِ اْلاِيْمَانِ وَاْلاِسْلاَمْ , اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ
اِلاَّ اللهْ الَّذِى اَوْجَدَ وَاَمَدَّ لِجَمِيْعِ الْعَالَمْ . وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الْهَادِي لِلاَناَمْ ,
اَللَّهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَشَرَّفَ وَكَرَّمَ وَمَجَّدَ وَعَظَّمَ وَعَلىَ جَمِيْعِ
اْلاَنْبِياَءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ عَلَيْهِمُ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ وَعَلىَ آَلِهِمْ
وَاَصْحَابِهِمْ وَتَابِعِيْهِمْ وَتَابِعِى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانِ
اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ .
اَمَّا
بَعْدُ اَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهْ اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّاىَ
بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَال تَعَالَى
اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ "وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا
الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ "
Para hadirin yang
berbahagia,
Marilah kita
bersama-sama bertaqwa kepada Alloh dan ittiba’ kepada Rosululloh Shollalloohu
‘Alaihi Wasallam.
Telah kita maklumi
bahwa rukun Islam yang pertama dan yang paling pokok adalah syahadat tauhid dan
syahadat Rosul. Karena tanpa syahadat maka rukun-rukun lainnya tidak
bermakna.
Syahadat artinya
penyaksian. Orang yang bersaksi (bersyahadat) harus mengetahui atau mengenali
apa yang disaksikan. Kita bersaksi bahwa tiada tuhan selain Alloh berarti kita
harus mengenal Alloh SWT istilah lain Ma’rifat BILLAH.
Di sini kita ulas
cara-cara yang mudah, cepat dimengerti dan praktis untuk penerapan Syahadat
Tauhid sekali gus praktek syari’at dan hakikat.
Pertama; kita tinjau makna
dari Syahadat. Pertama : bahwa tidak ada yang disembah kecuali
Alloh SWT. Kedua; tidak ada yang kita harap kecuali Alloh SWT. Ketiga;
tidak ada yang wujud secara hakiki kecuali Alloh SWT.
Menurut arti yang
pertama, jelas sekali, bahwa kita tidak boleh menyembah atau mengabdikan diri
kecuali hanya kepada Alloh SWT, seratus persen, dalam segala situasi dan
kondisi, dhohir dan batin. Segala amal perbuatan lahir dan batin yang tidak melanggar peraturan syari’at,
haruslah hanya untuk ibadah kepada Alloh SWT tanpa terkecuali, dengan didasari
niat melaksanakan perintah firman Alloh SWT :
وَمَا
أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا
اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ
وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
“Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”.(Q.S.
Al-Bayyinah, 5)
“Lurus”
berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.
Dan juga dipadukan dengan hadits bahwa “Nilai
dari amal itu tergantung dari niat”. (H.R. Bukhori & Muslim dari
Sayyidina Umar bin Khothob R.a.)
Memperhatikan hadits
tadi, semua amal yang berupa ibadah tapi tidak didasari dengan niat
melaksanakan perintah Alloh SWT maka tidak dihitung sebagai ibadah kepada
Alloh, akan tetapi menyembah nafsu.
Kemudian kita tinjau
arti dari Syahadat yang kedua; tidak ada tujuan yang diharapkan
kecuali Alloh SWT. Maka dari itu, apabila amal kita masih bertujuan kepada
selain Alloh SWT, seperti ibadah dengan bertujuan ingin mendapatkan pujian dari
orang lain atau ingin masuk surga dan sebagainya, maka niat tersebut belum
tepat dalam penerapan arti Syahadat.
Kemudian kita tinjau arti yang ketiga dari Syahadat;
Kita bersaksi tidak ada yang wujud kecuali Alloh SWT. Maka dari itu, yang
mewujudkan dan yang menggerakkan kita baik dhohir maupun batin hanya Alloh
Subhanahu Wata’ala, bukan semata-mata kemampuan kita. Karena wujud kita
hakikatnya tidak ada kalau tidak diwujudkan, apa lagi merasa mampu. Sesuai firman Alloh dalam Alqur’an :
وَاللهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُوْنَ
“Alloh yang menjadikan kalian dan perbuatan kalian”. (Q.S. Ash-Shooffat
96)
Apabila
kita merasa mampu melakukan sesuatu yang baik atau ma’siat tanpa kita sadari
Billah berarti kita telah melakukan Syirik atau menyekutukan Alloh,
memposisikan diri dengan kedudukan Alloh SWT, Hanya saja kalau perbuatan
ma’siat kita harus mengakui dan segera bertaubat dengan syarat-syaratnya
taubat. Syirik seperti ini termasuk dalam firman Alloh kepada Nabi-Nya
artinya: “dan Sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada
(nabi-nabi) yang sebelummu. "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya
akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu Termasuk orang-orang yang merugi.”(Q.S. Az-Zumar 65)
Kesimpulannya,
penerapan Syahadat Tauhid yaitu ; Semua perbuatan dhohir-bathin yang tidak
ada unsur maksiat harus didasari dengan niat ibadah kepada Alloh SWT (Lillah)
dan dijiwai dengan (Billah) yaitu Alloh-lah yang menggerakkan ibadah
kita.
Para hadirin Jamaah Jum’ah Rohimakumulloh !
Dengan
menerapkan Lillah seperti tersebut di atas, maka secara tidak langsung
kita sudah menerapkan syariat, karena yang namanya syari’at itu adalah Wujudul
A’mal Lillah (wujudnya amal-amal dengan diniati lillahi ta’ala), dan dengan
menerapkan Billah, berarti melaksanakan hakikat, dikarenakan yang
namanya hakikat itu Syuhudul A’mal Billah artinya sadarnya hati
bahwa yang menggerakkan amal perbuatan hanyalah Alloh SWT.
اَيُّهَاالْحَاضِرُوْنَ
رَحِمَكُمُ اللهِ فَبِهَذِهِ عُلِمَ اَنَّ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً صَالِحًا للهِ
تَعَالىَ وَحْدَهُ مَعَ شُهُوْدِ أَنَّهُ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ
فَهُوَ مِنَ العاَمِلِيْنَ لِمَعْنىَ الشَّهَادَةِ وَمِنَ الْمُخْلِصِيْنَ وَمِنَ
الْوَاصِلِيْنَ وَالسَّالِمِيْنَ وَالْعَارِفِيْنَ.
Para hadirin yang
berbahagia,
Dengan
keterangan tadi, jelaslah bahwa barangsiapa
yang melakukan amal shalih dengan didasari niat Lillah dan
disadari dengan penerapan Billah, maka dia termasuk menerapkan Syahadat
Tauhid yang mukhlis Lillah dan sadar BILLAH.
Para hadirin Jamaah
Jum’ah Rohimakumulloh !
Lillah-Billah seperti tersebut di
atas, akan membuahkan beberapa hikmah
dan keuntungan bagi yang diberi karunia bisa menerapkannya , diantaranya ;
1.
Merealisasikan Syahadat Tauhid seperti
tersebut di atas.
|
2. Melaksanakan
taqwalloh yang dengan adanya takwa tersebut akan diterima amal perbuatannya
yang baik dan dimuliakan oleh Alloh Ta’ala. Firman Alloh Ta’ala :
اِنَّمَا يَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَ
الْمُتَّقِيْنَ
"Sesungguhnya Allah hanya menerima
(korban) dari orang-orang yang bertakwa". (Q.S. Al-Maidah 27)
Dan firman-Nya (Q.S. Al-Hujurot 13)
وَاِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدِ اللهِ اَتْقاَكُمْ ,
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu.
|
3.
Menyempurnakan keimanannya. Sabda Nabi :
"مَنْ
أَعْطَى لِلَّهِ، وَمَنَعَ لِلَّهِ، وَأَحَبَّ لِلَّهِ، وَأَبْغَضَ لِلَّهِ، فَقَدِ اسْتَكْمَلَ
إِيمَانَهُ" رواه الطبراني عَنْ أنَسٍ .
“Barang siapa memberi dan tidak memberi, mencintai
dan membenci karena Alloh (Lillah) dia sungguh-sungguh telah berusaha
menyempurnakan keimanannya”
|
4.
Mengabdi dan mengenal Alloh sesuai dengan tujuan
diciptakannya oleh Alloh. Firman-Nya :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“dan AKU tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Q.S.
Adz-Dzariyat 56)
|
5. Dibersihkan /
diselamatkan hatinya dari syirik.
Firman
Alloh (Q.S. Asy-Syu’aro’ 88 – 89) :
يَوْمَ لاَ يَنْفَعُ مَالٌ وَلاَ
بَنُوْنٌ . اِلاَّ مَنْ اَتىَ اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيْمٍ .
(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki
tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang
bersih,
|
6. Berdzikir kepada
Alloh sesuai dengan perintah dalam firman-Nya:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ
“Maka ingatlah kamu kepada-Ku
niscaya AKU ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah
kamu mengingkari (nikmat)-Ku”.(Q.S. Al-Baqoroh 152)
Yang dimaksudnya “Aku ingat kepadamu” adalah : “Aku
limpahkan rahmat dan ampunan-Ku kepadamu”.
Dan masih banyak lagi keuntungan
yang diberikan kepada yang bisa menerapkan Lillah dan Billah, baik lahir
maupun batin dan di dunia maupun di akhirat.
Mudah-mudahan kita dikaruniainya. Amiin.
|
بَارَكَ اللهُ
لِى وَلَكُمْ فىِ الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ , وَجَعَلَناَ وَاِيَّاكُمْ مِنْ
زُمْرَةِ الْمُخْلِصِيْنَ الْكَامِلِيْنَ الْمُكَمِّلِيْنَ وَالْوَاصِلِيْنَ
الْمُوَصِّلِيْنَ وَغَفَرَ اللهُ لَناَ وَلَكُمْ وَلِجَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ
الْمُؤْمِنَاتِ الاَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْواَتِ
اَقُوْلُ قَوْلىِ
هَذاَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Ke-Dua
“LIRROSUL BIRROSUL”
اَلْحَمْـدُ ِللهِ الَّذِى كََرَّمَــنَا
|
*
|
||||
بِبَعْثِ خَـيْرِ خَلْـقِهِ حَبِـيْـبِنَا
|
|||||
يَاسَيِِّدِىْ قَدْ جَابَكَ اْلهُدَى الصَّلاَحْ
|
*
|
||||
وَاْلاَمْنُ وَاْلاَخِـرَةُ
اْلعِلْـمُ اْلفَلاَحْ
|
|||||
يَاسَيِّدِىْ زَالَ بِكَ الشِّرْكُ الشُرُوْر
|
*
|
||||
وَالْجَهْلُ وَالظُّلْمُ
التَّبَاغُضُ اْلغُرُوْر
|
|||||
أَشْهَدُ اَنْ
لاَ ِالَهَ ِالاَّ الله ُالْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْنُ وَاَشْهَدُ اَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ رَحْمَةًَ لِلْعَالَمِيْنَ.
يَارَبّـَنَا مُيَـسِّرَ اْلعَسـِيْرِ
|
*
|
|||
يَارَبَّـنَا اللَّـهُـمَّ يَاذَا
الْخَيْرِ
|
||||
صَـلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَسَلِّمِ
|
*
|
|||
وَاْلاَلِ وَالصَحْبِ وَكُلِّ
مُسْلِمٍ
|
||||
اَمَّا بَعْدُ, اِخْوَانِى رَحِمَكُمُ اللهُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ
بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ , وَقَالَ تَعَالىَ فىِ كِتَابِهِ
الْكَرِيْمِ , اَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ اْلعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذْنِ اللهِ4
(النسأ: 64) وَقَالَ
تَعَالىَ : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ
وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ (النسآء: 159) وَقَالَ تَعَالىَ : وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ (الأنبيآء : 107) وَقَالَ تَعَالىَ : وَكُنْتُمْ عَلىَ شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ
النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا (ال
عمران : 103)
Jama’ah Jum’at yang
berbahagia,
Marilah kita
bersama-sama selalu bertaqwa kepada Alloh. Sangatlah beruntung
orang-orang yang selalu bertaqwa. Dan marilah kita
niati taqwa kita dengan penerapan Syahadat Rasul. Apabila niat tersebut
sudah tepat mari kita tingkatkan, dan apabila belum mari kita perbaiki.
Adapun cara untuk berniat diantaranya adalah
dengan menghayati firman Alloh dalam surat An-Nisa’:64 yang artinya :
“Aku tidak mengutus
kepada Rasul kecuali supaya diikuti dengan izin Alloh.”
Juga terdapat dalam surat An-Nisa’ :159
yang artinya :
”Wahai orang-orang
yang beriman taatlah kepada Alloh, taatlah kepada Rasul dan kepada pemerintah kalian
semua”.
Ayat-ayat di atas
menekankan kepada kita supaya selalu meningkatkan taat kepada Alloh SWT, kepada
Rasul-Nya SAW dan kepada Ulil Amri yang
benar.
Adapun cara
pelaksanaan taat kepada Alloh yaitu mengusahakan segala gerak-gerik yang baik,
(tidak termasuk maksiat), yang bersifat wajib, sunnah ataupun mubah, dalam
pelaksanaannya harus diniati hanya melaksanakan perintah Alloh (LILLAH),
Apabila tidak diniati hanya melaksanakan perintah Alloh maka perbuatan tersebut
tidak terhitung taat kepada Alloh, karena semua amal itu tergantung pada
niatnya.
Begitupun juga cara
pelaksanaan taat kepada Rasul SAW. Setiap melaksanakan amal yang baik,
disamping diniati LILLAH, harus diniati ikut melaksanakan perintah
Rasul atau (LIRROSUL). Karena kalau hanya niat LILLAH saja,
tanpa disertai niat taat LIRROSUL, maka ibaratnya hanya satu dari dua syahadat
yang dilaksanakannya, yaitu syahadat Tauhid. Sedangkan syahadat Rasul
belum dilaksanakan.
Para hadirin yang berbahagia,
Masih ada lagi ayat
Alqur’an yang berhubungan dengan penerapan syahadat Rasul yaitu dalam
surat al-Anbiya’ : 107, yang artinya :
“dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam”.
dan surat Ali ‘Imran : 103, yang artinya :
“..... dan kamu telah berada di tepi jurang neraka,
lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya”.
Kita harus menyadari
dan mengetahui penerapan ayat-ayat di atas, bahwa kita amatlah berhutang jasa
kebaikan kepada baginda Nabi SAW, diantaranya dan yang terutama adalah berupa
iman dan islam. Apabila tidak mendapat didikan dari Nabi SAW, maka kita tidak
mungkin dalam keadaan iman dan islam seperti ini.
Dengan demikian,
setiap amal kebaikan baik itu wajib, sunnah maupun mubah, disamping niat LILLAH,
BILLAH, LIRROSUL seperti di atas, haruslah menyadari bahwa kita bisa
beramal baik, adalah semata-mata atas jasa Rasululloh SAW. Penerapan di atas
disebut BIRROSUL.
Kesimpulannya,
penerapan LILLAH BILLAH dan LIR-ROSUL BIRROSUL adalah realisasi dari
pelaksanaan dua kalimat Syahadat yang harus selalu diusahakan bagi
setiap orang mukallif.
Mudah-mudahan kita
dikaruniai bisa menerapkannya dengan setepat-tepatnya. Amiin.
بَارَكَ الله ُلىِ وَلَكُمْ فىِ الْقُرْأَنِ الْكَرِيمِْ وَجَعَلَنَا وَاِيَّاكُمْ
مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ الْكَامِلِيْنَ الْمُكَمِِّلِيْنَ , وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ
اْلعَالَمِيْنَ.
Khutbah
Ke-Tiga
اَلْحَمْدُ للهِ
الَّذِى هَدَانَا بِالْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ حَبِيْبِنَا. يَارَبَّنَا الَّلهُمَّ
صَلِّ سَلِّمِ , عَلىَ مُحَمَّدٍ شَفِيْعِ اْلأُمَمِ , وَاجْعَلِ اْلاَنَامِ
مُسْرِعِيْنَ , بِالْوَاحِدِيَةِ ِلرَبِّ اْلعَالَمِيْنَ , يَارَبَّنَا اغْفِرْ
يَسِّرِ افْـتَحْ وَاهْدِنَا , قَرِّبْ وَاَلِفْ بَيْنَـنَا يَارَبَّنَا.
اَشْهَدُ اَنْ
لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ اَّلذِىْ هُوَ خَالِـقُنَا , وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ الَّذِى هُوَ شَافِـعُنَا
اَمَّا بَعْدُ.
اِخْوَانىِ رَحِمَكُمُ اللهُ اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ. وَقَالَ تَعَالىَ فىِ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ , اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ
إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ
اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا (النسآء 58)
Sidang Jum’at yang berbahagia,
Marilah bersama-sama
melaksanakan dan meningkatkan taqwa kita kepada Alloh SWT.
Maaf, mengisi bidang
yang semestinya kita isi juga termasuk bertaqwa kepada Alloh atau istilah lain
adalah “Yu’thii Kulla Dzii Haqqin Haqqoh”, berdasarkan firman Alloh
dalam surat An-Nisa’: 58
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha melihat.”
Dan firman Alloh dalam
Surat An-Nahli 90 :
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ
ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
“Sesungguhnya Allah menyuruh
(kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan
Allah melarang dai perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
Sidang jama’ah Jum’at
yang berbahagia, Sehubungan dengan perbuatan adil, Imam Ghozali berkata:
اَلْعَدْلُ وَهُوَ يُعْطِى كُلَّ ذِى
حَقٍّ حَقَّهُ
Artinya : “Adil
adalah memberikan hak kepada yang berhaq menerima”
Dan menurut hadits
yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik dengan sanad shohih,
Rosululloh SAW bersabda :
ِانَّ اللهَ أَعْطَى
كُلَّ ذِى حَقٍّ حَقَّهُ
Artinya : “Sesungguhnya Alloh
memberikan hak kepada yang berhak menerimanya.”
Sidang Jum’at yang berbahagia,
Seperti yang telah
kita maklumi bahwa “hak” erat sekali hubungannya dengan kewajiban, karena
adanya interaksi antara manusia dengan penciptanya ataupun hubungan antar
manusia dengan manusia. Sekalipun begitu untuk penerapan hal adab, hubungan
makhluq dengan Tuhannya kita yakini bahwa Tuhan tidak memiliki kewajiban
terhadap makhluq-Nya. Yang ada hanyalah HAK, karena Alloh sendiri adalah
“Fa’aalul Limaa Yuriid”. Sebaliknya yang dimiliki oleh manusia adalah
kewajiban untuk memenuhi HAK Sang Penciptanya.
Kewajiban manusia dan
jin kepada Tuhannya antara lain yaitu mengabdikan diri kepada Tuhannya.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (51- الذريات: 56)
Artinya :“Aku tidak
mencitakan jin dan manusia kecuali hanya mengabdikan diri kepada-Ku”.
Kewajiban
kita kepada Rosululloh SAW antara lain adalah taat kepadanya, firman
Alloh SWT:
قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ( (24-النور : 54)
Katakanlah
:“Taatlah kepada Alloh dan Rasul-Nya.”
Kita
semua adalah manusia sosial, firman Alloh SWT:
اللَّهُ الَّذِي سَخَّرَ
لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فِيهِ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا
مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (45- الجاثية:12)
Artinya: “Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya
kapal-kapal dapat berlayar padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat
mencari karunia-Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur.”
Sidang
Jum’at yang berbahagia,
Merenungi
ayat tadi, kita punya kewajiban kepada semua makhluq yakni menggunakan makhluq
sebagai perantara ingat kepada Alloh SWT, sesuai dengan hadist Qudsi:
خَلَقْتُ الْخَلْقَ ِلاَجْلِكَ وَخَلَقْتُكَ لاَِجْلىِ.
“Aku menjadikan
makhluq untuk kamu, dan ku jadikan engkau untuk-Ku.”
Cara
untuk melakukan apa saja baik itu badan kita dan lain-lainya asal tidak maksiat
harus diniati Lillah (untuk beribadah kepada Alloh). Begitulah hubungan antara
makhluq dan makhluq secara global.
Hak
dan kewajiban secara perincian hubungan antara orang tua dengan puteranya,
pembeli dan penjual, suami dengan istri, sesama teman, rakyat dengan
pemerintahan, guru dengan murid, bertetangga dan lain-lainya. Maka hak dan
kewajibannya menurut keadaan masing-masing bidang yang ditekuni. Akan tetapi
semuanya harus diniati dengan Lillah dan dijiwai dengan Billah, Lirrosul Birrosul
dan Lilghouts Bilghouts.
Sidang
Jama’ah Jum’at yang berbahagia,
Supaya
hak-hak tadi dilaksanakan oleh masing-masing pihak, maka harus memperhatikan
kewajiban, jangan sampai hanya menuntut hak saja. Cara mengisi bidang apabila
mungkin dilakukan dengan bersama-sama, harus dilaksanaan yang lebih penting,
apabila yang penting juga tidak bisa dilaksanakan bersama-sama, maka
didahulukan yang lebih bermanfaat, yaitu yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat.
Keterangan di atas dapat disimpulkan
dengan istilah “Yu’thii Kulla Dzii Haqqin Haqqoh-Taqdiimul Aham Fal Aham
Tsummal Anfa’ Fal Anfa”. Semoga kita menjadi orang yang berjiwa adil. Amin
yaa robbal alamiin.
Sidang
jama’ah Jum’at yang berbahagia,
Bila
hak-hak tadi belum disampaikan kepada yang berhak maka besok di akhirat akan
ditagih sehingga terjadi suatu peristiwa yang amat dahsyat, firman Alloh SWT:
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ (.) وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ
(.) وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ
(80- عبس: 34-36)
Artinya:
“Besok di hari kiamat tiap-tiap orang akan lari dari saudara, ibu, ayah,
teman-teman, dan putera-putera mereka.”
Kejadian
ini disebabkan karena saling menuntut hak-hak yang tidak dan belum diberikan
oleh masing-masing. Maka dari itu marilah kita berusaha mengisi bidang yang
harus kita isi sekuat tenaga dan semoga kita mendapatkan hidayah, taufiq dan
ridlo dari Alloh sehinga menjadi orang yang adil dan bisa selamat dunia dan
akhirat. Amiin-amin.
بارَكَ الله ُلىِ وَلَكُمْ فىِ اْلقُرْأَنِ اْلكَرِيْمِ وَغَفَرَ اللهُ
لَنَا وَلَكُمْ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمْؤُْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
اْلعَالَِمْينَ
اَقُوْلُ قَوْليِ هَذَا
وَاسْتَغْفِرُ الله َالْعَظِيْمِ اِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah
Ke-Empat
“IKHLAS”
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِى َيقْبَلُ عِبَادَةَ اْلمُخْلِصِيْنَ , وَلاَ يَضُرُّهُ مَعْصِيَةُ
اْلعَاصِيْنَ. وَلاَ يَنْفَعُهُ تَعَالىَ طَاعَةُ الْمُطِيْعِيْنَ , اَشْهَدُ اَنْ
لاَّ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ.
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ سَِيّدِ
اْلمُرْسَلِيْنَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
وَبَارِكْ اَجْمَعِيْنَ وَاْلحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.
اَمَّا بَعْدُ. اِتَّقُوْ اللهَ اَيُّهَا
اْلمُسْلِمُوْنَ قَالَ تَعَالىَ فىِ اْلقُرْأَنِ الْعَظِيْمِ اَعُوْذُ بِاللهِ
مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ وَاعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ
وَقَالَ تَعَالىَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ.
اِخْوَانىِ
رَحِمَكُمُ اللهُ اِنَّ اللهَ لاَ يَقْبَلُ اَعْمَالَ عِبَادِهِ اِلاَّ بِاْلاِخْلاَصِ
. وَهُوَ عَلىَ ثَلاَثَةِ اَقْسَامٍ : اَلاْوَلُ اِخْلاَصُ اْلعَابِدِيْنَ وَهُوَ سَلاَمَةُ
اَعْمَالِهِمْ مِنَ الرِّيَاءِ الْجَالىِ وَالْخَفِيِ وَكُلّ ِمَا فِيْهِ حَظٌّ
ِللنَّفْسِ فَلاَ يَعْمَلُوْنَ اِلاَّ لِلَّهِ طَلَباً لِلثَّوَابِ وَهَرَبًا مِنَ
اْلعِقَابِ مَعْ نِسْبَةِ اْلاَعْمَالِ اِلَيْهِمْ وَاْلاِعْتِمَادِ عَلَيْهِ فىِ
تَحْصِيْلِ مَا ذُكِرَ.
Sidang
jama’ah Jum’at yang berbahagia.
Masalah
taqwa jangan sampai dilupakan. Begitu
juga masalah ikhlasul amal, karena Alloh tidak mau menerima amal kecuali
amal yang ikhlas. Ikhlas dibagi menjadi tiga:
1. Ikhlasul
Abidin yaitu amal yang selamat dari riya’ jali dan khofi
bukan karena nafsu. Jadi dalam beramal hanyalah berniat karena menjalankan
perintah Alloh semata, tanpa pamrih pahala dan selamat dari neraka dan juga
masih merasa mempunyai kemampuan untuk beribadah serta menjagokan amal
ibadahnya untuk menghasilkan maksud dan tujuannya.
اَلثَّانىِ اِخْلاَصُ اْلمُحِِّبيْنَ وَهُوَ اْلعَمَلُ
لِلَّهِ تَعَالىَ اِجْلاَلاً وَتَعـْظِيْمًالَهُ ِلأَنَّهُ تَعاَلىَ اَهْلٌ
لِذَلِكَ لاَ لِقَصْدِ ثَوَابٍ وَلاَ لِهَرَبٍ مِنَ النَّارِمَعْ نِسْبَةِ
اْلعِبَادَةِ اِلَيْهِمْ.
2. Ikhlasul
Muhibbin, yaitu amal yang hanya karena Alloh dengan mengagungkan
Alloh karena berkeyakinan bahwa Alloh yang berhak untuk diagungkan. Dan juga
tidak bertujuan mengharap pahala ataupun keselamatan dari neraka, akan tetapi
masih mempunyai perasaan bisa melakukan ibadah.
اَلثَّالِثُ اِخْلاَصُ
اْلعَرِفِيْنَ وَهُوَ اْلعَمَلُ مَعَ شُهُوْدِهِمْ اِنْفِرَادَ الْحَقِّ
بِتَحْرِيْكِهِمْ مِنْ غَيْرِ اَنْ يَرَوْا فىِ اَنْفُسِهِمْ فىِ ذَلِكَ حَوْلاً
وَلاَ قُوَّةً فَلاَ يَعْمَلُوْنَ اِلاَّ لِلَّهِ وَبِاللهِ لاَ بِحَوْلِهِمْ وَ
قُوَّتِهِمْ وَهَذَا اَرْفَعُ مِمَّا قَبْلَهُ.
3. Ikhlasul
‘Arifin, yaitu beramal hanya semata-mata melaksanakan perintah
Alloh, tidak ada pamrih sedikitpun dan juga tidak merasa mempunyai daya dan
kemampuan apapun hanyalah Alloh yang menghendaki semua amal perbuatan, firman
Alloh:
وَاللهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ (37-
الصفات:96)
“Alloh
adalah dzat yang menciptakan kalian semua dan semua perbuatan kalian semua”.
Ba’dul ulama’ berkata:
َاْلاِخْلاَصُ
تَرْكُ اْلاِخْلاَصُ فىِ اْلاِخْلاَصِ
“Ikhlas adalah
membuang perasaan ikhlas didalam ikhlas.”
اَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ اَنَّ جَمِيْعَ اْلاَعْمَالِ لَيْسَ فِيْهَا
اِخْلاَصٌ كاَلْجَسَدِ ِبلاَ رُوْحٍ
وَقَالَ بَعْضُ الصَّالِحِيْنَ : اَلنَّاسُ كُلُّهُمْ هَلْكَى اِلاَّ
العَالِمُوْنَ وَاْلعَالِمُوْنَ كُلُّهُمْ هَلْكَى اِلاَّ العَامِلُوْنَ
وَاْلعَامِلُوْنَ كُلُّهُمْ هَلْكَى اِلاَّ اْلمُخْلِصُوْنَ وَاْلمُخْلِصُوْنَ
عَلىَ خَطَرٍ عَظِيْمٍ.
Semua
amal yang tidak ikhlas itu ibarat jasad yang tidak ada ruhnya, sebagaian
orang-orang Shalih berkata: “Semua manusia hancur kecuali yang berilmu, yang
berilmupun hancur kecuali yang mengamalkan ilmunya, yang mengamalkan ilmunyapun
hancur kecuali yang ikhlas, yang ikhlas itupun menghadapi bahaya besar.”
Sudah
ikhlas kok masih dalam keadaan bahaya, di sini dimaksudkan mungkin setelah
ikhlas kemudian bangga terhadap kemampuan ikhlasnya yang akhirnya muncul yang
namanya sifat ujub dan riya’. Yang dinamakan Ujub adalah: ُرؤْيَةُ اَنَّ لَهُ فَضْلاً merasa
mempunyai kemampuan. Sedangkan Riya’ adalah memamerkan kebaikan yang
dimiliki.
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَخْوَفُ مَا اَخَافُ
عَلَيْكُمُ الشِّرْكُ اْلاَصْغَرُ قَالُواْ يَا رَسُوْلَ اللهَ مَا الشِّرْكُ اْلاَصْغَرُ
؟ قَالَ اَلرِّيَاءُ يَقُوْلُ اللهُ يَوْمَ يُجَاِزى العِبَادَ بِاَعْمَالِهِمْ
إِذْهَبُوْا اِلىَ الَّذِ يْنَ كُنْتُمْ تُرَؤُنَ لَهُمْ فىِ الدُّنْيَا
فَانْظُرُوْا هَلْ تَجِدُوْنَ عِنْدَهُمْ خَيْرًا ؟ قَالَ اْلفَقِيْهُ إِنَّمَا
يُقَالُ لَهُمْ ذَلِكَ لاَِنَّ عَمَلَهُمْ فىِ الدُّنْيَا عَلىَ وَجْهِ الْخَدَعِ
فَيُعَامِلُوْنَ فىِ اْللآخِرَةِ عَلىَ وَجْهِ الْخَدَعِ قَالَ تَعَالىَ إِنَّ
الْمُنَافِقِيْنَ يُخَادِعُوْنَ اللهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَاَشَدُّ مِنْ ذَلِكَ
اَنَّ اْلاَعْمَالَ بِلاَ اِخْلاَصٍ
شِرْكٌ وَلَوْ كَانَ خَفِيًّا وَقَالَ تَعَالىَ إِنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَنْ
يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ
بِاللهِ فَقَدِ افْتَرَى ِإثْمًا عَظِيْمًا.
Artinya:
“Nabi berkata: yang paling Aku takutkan
atas kalian semua adalah Syirkul ashghar, para sahabat bertanya apa itu Syirkul
ashghar nabi? Nabi menjawab riya’. Nanti di waktu alloh membalas amal hambanya,
Alloh mengatakan : ikutlah kalian semua pada golongan yang beramal disertai
dengan riya’, sesungguhnya mereka ketika didunia, lihatlah apakah mereka
mendapatkan kebaikan dari mereka? Syaikh Fakih berkata: maka Alloh berfirman
seperti itu karena orang-orang yang beramal diserta riya’ itu menipu Alloh maka
di Akhirat dikatakan seperti itu, seperti kata Alloh : Orang-orang munafiq
menipu Alloh padahal mereka menipu diri mereka sendiri”.
Lebih
berat lagi amal riya’ itu termasuk syirik walaupun hanya merupakan syirik
khofi, yang mana Alloh tidak suka kepada orang yang sampai matinya masih
dalam keadaan syirik dan tidak mau untuk mengampuni dosa tersebut.
Semoga
kita semua menjadi orang yang selalu ikhlas dengan cara selalu menerapkan
Lillah Billah, Lirrosul Birrosul ,
Lilghouts Bilghouts,
Yu’thii Kula Dzi Haqqin Haqqoh serta Taqdiimul Aham Fal Aham Tsummal Anfa’ Fal
Anfa’.
بَارَكَ اللهُ
لىِ وَلَكُمْ فىِ اْلقُرْأَنِ اْلكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا وَاِيَّاكُمْ مِنَ
اْلمُخْلِصِيْنَ وَاْلمُخْلِصَاتِ وَالْوَاصِلِيْنَ وَاْلوَصِلاَتِ
وَالْكَامِلِيْنَ اْلكَامِلاَتِ اْلمُكَمِّلِيْنَ اْلمُكَمِّلاَتِ بِجَاهِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ
وَبَارِكْ وَسَلِّمْ اَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.
Khutbah Ke-Lima
“SYUKUR”
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى لاَ
اِلَهَ اِلاَّ هُوَ , اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ الله ُوَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ , وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ سَيِّدِ
اْلمُرْسَلِيْنَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ.
اَمَّا بَعْدُ إِخْوَانىِ رَحِمَكُمُ اللهُ
أُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهُ وَقَالَ تَعَالىَ فىِ اْلقُرْأَنِ
اْلكَرِيْمِ أََعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ اْلعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ
الرَّجِيْمِ فاَذْكُرُوْنىِ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لىِ وَلاَ
تَكْفُرُوْنَ.
Sidang
jama’ah Jum’at yang berbahagia,
Marilah
bersama-sama bertaqwa kepada Alloh, diantaranya dengan bersyukur kepada-Nya,
dengan dasar firman Alloh yang artinya: ”Ingatlah kepada-Ku maka aku akan ingat
kepadamu dan bersyukurlah kalian semua jangan dan janganlah kufur”.
Hubungan syukur kepada Alloh dan kepada
kedua orang tua. Alloh berfirman dalam surat (31 Luqman: 14) yang
artinya: ”Beryukurlah kepadaku dan dua orang tua kalian, kepada-Kulah
kembalimu”.
Sedangkan yang berhubungan dengan
jaminan serta ancaman Alloh disebutkan dalam surat (14 Ibrahim :7)
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ (14
ابرهيم:7)
“Dan (ingatlah
juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Begitu
juga terdapat dalam surat 4 An-Nisa’:146
إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلَّهِ
فَأُولَئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا
(4 النساء :146)
“Kecuali
orang-orang yang taubat dan Mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada
(agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka
mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan
memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar.”
Sidang
Jum’at yang berbahagia,
Jelas
dan tegaslah sudah bahwa Alloh memerintahkan untuk bersyukur kepada-Nya dan
kepada makhluq yang semestinya disyukuri, maka dari itu kita harus mengetahui
apa itu syukur.
Syukur adalah : صَرْفُ الِنّعَِم ِفيْمَا يَرْضَى ِبهِ
الْمُنْعِمُ artinya Menggunakan nikmat
ditempat yang diridloi oleh yang memberikan nikmat.
Lengkapnya syukur adalah: Pertama;
menyadari kepada yang memberikan nikmat. Sebab jika tidak menyadari maka tidak
mungkin dapat mensyukuri. Kedua; mengunakan nikmat ke arah yang diridloi
oleh yang memberikan nikmat.
Hadirin
yang berbahagia,
Kita
menyadari bahwa Alloh SWT selalu memberikan nikmat yang tidak ada
putus-putusnya, baik itu nikmat ijad ataupun nikmat imdad. Dengan
begini kita menyadari kepada yang memberi nikmat yaitu Alloh. Kemudian kita
harus mengetahui apa maksud dan tujuan Alloh memberi nikmat? Secara umum Alloh
menjadikan jin dan manusia tidak lain hanyalah supaya mengabdikan diri kepada
Alloh. Alloh berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (51- الذريات: 56)
“Aku
tidak menciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk mengabdi kepadaku”,
Dan
semua makhluq di langit dan di bumi hanyalah untuk manusia. Alloh berfirman:
اللَّهُ الَّذِي سَخَّرَ
لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فِيهِ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا
مِنْ فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (45 الجاثية :12)
Artinya:
“Allah-lah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar
padanya dengan seizin-Nya dan supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan
mudah-mudahan kamu bersyukur.”
Dengan dasar kedua ayat tersebut, maka
dapat kita simpulkan bahwa kita melakukan apa saja dan menggunakan perantara
makhluq apapun yang tidak maksiat harus kita niati mengabdikan diri kepada
Alloh (Lillahi Ta’aala). Dengan begini kita sudah mengunakan nikmat sesuai
dengan yang diharap oleh yang memberi nikmat, dengan catatan di dalam kita
bersyukur harus Billah (merasa bahwa Alloh-lah yang menggerakkan syukur
tersebut) bukan kemampuan kita.
Apabila
tidak kita niati dengan Lillah dan didasari Billah, ketika menggunakan makhluq
termasuk juga badan kita, maka tidak terhitung syukur.
Syukur kepada kedua orang tua, yaitu
harus menyadari bahwa kedua orang tua telah banyak memberikan jasa kepada kita
(putra-putri mereka) dan harus mengetahui apa yang menjadi kehendak dan harapan
mereka. Seumpama diberi sepeda untuk bersekolah maka digunakan untuk sekolah,
secara umum kehendak dan harapan kedua orang tua putra-putri mereka menjadi
orang yang taat kepada Alloh dan Rasulnya dan jadilah mereka orang yang shalih
dan shalihah. Demikianlah orang yang selalu Lilah-Billah, sedangkan orang yang thalih
dan thalihah mereka yang selalu Linnafsi Binnafsi, yaitu segala
perbuatannya selalu menuruti hawa nafsunya, artinya tidak melaksanakan perintah
Alloh.
Untuk
mendapatkan gelar “syakir” dan “shalih shalihah” haruslah
memerangi hawa nafsunya atau istilah lainnya “Mujahadah”. Dengan
mujahadah akan mendapatkan hidayah kemudian dapat mengatasi hawa nafsunya yang selalu
menghalangi syukur kita kepada Alloh. Firman Alloh:
ثُمَّ لَآَتِِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيْهِِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ
أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (7 الاعراف:17)
“Kemudian saya
akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari
kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur
(taat).”
Ikhwaani
Rohimakumulloh,
Karena sudah buntu, depan belakang,
kanan kiri sudah diduduki oleh musuh yaitu nafsu dan iblis, sekarang tinggal
dua jalan yang yang belum diduduki oleh nafsu dan iblis yaitu atas dan bawah.
Atas tidak diduduki oleh iblis, karena atas adalah tempat khusus hubungan
makhluq dengan sang kholiq. Adapun bawah, iblis dan nafsu tidak berani menempatinya
karena sifat nafsu tidak mau di bawah (takabbur hatinya terhadap tadzallul dan
tawadhu’).
Maka
dari itu marilah kita manfaatkan dua jalan tersebut untuk keluar dari kepungan
mereka, sehingga kita bisa bersyukur dan taat kepada Alloh. Cara kita menggunakan
kesempatan ke atas adalah dengan memperbanyak ingat kepada Alloh dan selalu
sadar akan gerak gerik kita baik dhohir maupun bathin bahwa yang menggerakkkan
adalah Alloh. (istilah Wahidiyah disebut pengeterapan Billah) dan memperbanyak
bacaan “Fafirruu Ilalloh”.
Cara menggunakan jurusan ke bawah adalah
selalu merasa berdosa, hina dina dan dholim, bodoh
dan menjadi sumber dari segala dosa dan kedholiman, kebodohan dan
merasa selalu mengkufuri nikmat Alloh.
Semoga
kita semua terbebas dari belenggu nafsu yang kejam. Amin. Apabila sampai mati
kita belum bisa keluar dari belenggu nafsu, itu sangat menghawatirkan, mati
dalam keadaan su’ul khotimah. Na’uudzubillahi min dzaalik.
Para
hadirin semua,
Marilah
kita mensyukuri nikmat-nikmat dengan perilaku dan perkataan dan perbuatan.
بَارَكَ اللهُ لىِ وَلكَمُ ْفىِ
الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ وَغَفَرَ اللهُ لنَاَ وَلَكمُ ْوَلِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَآءِ مِنْهُمْ
وَاْلاَمْوَاتِ الَلَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ عِبَادَتِكَ الشَّاكِرِيْنَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلعَارِفِيْنَ وَالْمُحِبِّيْنَ وَالْمُرْضِيِيْنَ
بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرّاَحِمِيْنَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالمَيِْنَ.
اَقُوْلُ قَوْ لىِ هَذَا
وَاَسْتَغْفِرُ الله َاْلعَظِيْمِ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Ke-Enam
“SABAR”
اَلْحَمْدُ ِللهِ
أَهْلِ الْحَمْدِ وَالثَّنَاءِ, الْمُنْفَرِدِ ِبرِدَاءِ اْلكِبْرِيَاءِ , الْمُتَوَحِّدِ بِصِفَاتِ
الْمَجْدِ وَالْعَلاَءِ , المُؤَيِّدِ صَفْوَاتِ اْلاَوْلِيَاءِ بِقُوَّةِ
الصَبْرِ عَلىَ السَّرََّاءِ وَالضَرَّاءِ , وَالشُّكْرِ عَلىَ اْلبَلاَءِ
وَالنَّعْمَاءِ , أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ ِالاَّ اللهَ خَاِلقُ اْلاَشْيَاءِ , وَاَشْهَدُ
َانَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ اْلاَنبِْيَاءِ.
اَمَّا بَعْدُ
اَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ وَاعْلَمُوْا
اَنَّ اْلاِيْمَانَ نِصْفَانِ نِصْفٌ صَبْرٌ وَنِصْفٌ شُكْرٌ كَمَا وَرَدَتْ بِهِ
اْلاَثَاُرُ وَشَهِدَتْ لَهُ اْلاَخْبَارُ : وَهُمَا اَيْضًا وَصْفَانِ مِنْ
اَوْصَافِ اللهِ تَعَالىَ وَاِسْمَانِ مِنْ اَسْمَاءِ اْلحُسْنَى إِذْ سَمَّى
نَفْسَهُ تَعَالىَ صَبُوْرًا شَكُوْرًا فاَلْجَهْلُ بِحَقِيْقَةِ الصَّبْرِ
وَالشُّكْرِ جَهْلٌ ِبلاَ سَطْرَى اْلاِيْمَانِ ثُمَّ هُوَ غَفْلَةٌ عَنْ
وَصْفَيْنِ مِنْ اَوْصَافِ الرَحْمَنِ وَلاَ سَبِيْلَ اْلوُصُوْلِ اِلَى اْلقُرْبِ
مِنَ اللهِ تَعَالىَ بِاْلاِيْمَاِن.
Marilah
meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Alloh dan kita mengetahui bahwa iman
itu ada dua bagian: sabar dan syukur. Sabar dan syukur juga
termasuk sifat-sifat Alloh dan juga termasuk asma’ul khusna, yang
disebutkan oleh Alloh. Alloh sendiri sabar dan syukur, maka dari itu tidak tahu
sebenarnya sabar dan sukurnya Alloh. Jadi, kita tidak tahu dalamnya iman dan
juga tidak mengetahui kedua sifat yang dimiliki oleh Alloh. Dan tidak ada jalan
untuk mendekatkan diri kepada Aloh SWT kecuali dengan Iman. Apabila tidak
bisa mendekatkan diri kepada Alloh atau
jauh dari Alloh maka masuklah dia ke neraka yang pedih siksanya yaitu neraka
Jahannam:
فَقَالَ
تَعَالىَ وَجَعَلْنَاهُمْ
أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا وَأَوْحَيْنَا إِلَيْهِمْ فِعْلَ الْخَيْرَاتِ
وَإِقَامَ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءَ الزَّكَاةِ وَكَانُوا لَنَا عَابِدِينَ (21 الانبياء:73)
“Kami telah
menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan
perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka mengerjakan kebajikan,
mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya kepada kamilah mereka selalu
menyembah”.
وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ
مَشَارِقَ الْأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا وَتَمَّتْ كَلِمَةُ
رَبِّكَ الْحُسْنَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ
يَصْنَعُ فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَا كَانُوا يَعْرِشُونَ (7
الاعراف:137)
“Dan Kami
pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur
bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. dan telah
sempurnalah Perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israil
disebabkan kesabaran mereka. dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir'aun
dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka”.
$tB óOä.yYÏã ßxÿZt ( $tBur yZÏã «!$# 5-$t/ 3 útïÌôfuZs9ur tûïÏ%©!$# (#ÿrçy9|¹ Oèdtô_r& Ç`|¡ômr'Î/ $tB (#qçR$2 cqè=yJ÷èt (16 النحل:96)
“Apa yang di
sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. dan
Sesungguhnya Kami akan memberi Balasan kepada orang-orang yang sabar dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.
ثُمَّ كَانَ عَاقِبَةَ الَّذِينَ أَسَاءُوا السُّوأَى
أَنْ كَذَّبُوا بِآَيَاتِ اللَّهِ وَكَانُوا بِهَا يَسْتَهْزِئُونَ (30 الروم:10)
“Kemudian,
akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang lebih buruk,
karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu
memperolok-oloknya.”
÷rr& óOèdxäzù't 4n?tã 7$qsrB ¨bÎ*sù öNä3/u Ô$râäts9 íOÏm§(16 النحل :47)
“Atau
Allah mengazab mereka dengan berangsur-angsur (sampai binasa). Maka
Sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Alloh
mengatakan sabar, dan orang-orang yang sabar dalam Alqur’an lebih dari tujuh
puluh tempat dan Alloh memberikan beberapa derajat dan kebaikan dalam
kesabaran-derajat dan kebaikan merupakan buah dari syukur dan sabar.
Begitulah
jaminan yang dijanjikan oleh Alloh terhadap
orang-orang yang sabar.
اَيُّهَالصَّابِرُوْنَ اِنَّ الصَّبْرَ خَاصِيَةُ اْلإِنْسَانِ وَلاَ
يُتَصَوَّرُ ذَلِكَ فىِ الْبَهَائِمِ وَالْمَلاَئِكَةِ اَمَّا فيِ اْلبَهَائِمِ
فَلِنُقْصَانِهَا وَأَمَّا فىِ الْمَلاَئِكَةِ فَلِكَمَالِهَا
وَبَيَانُهُ : اَمَّاْالبَهَائِمُ
سَلَّطَتْ عَلَيْهَا الشَّهَوَاتُ وَصَارَتْ مُسَخَّرَةٌ لَهَا فَلاَ بَاعِثَ
لَهَا عَلىَ الْحَرَكَةِ وَالشُّكُوْنِ اِلاَّ لِشَهْوَةٍ وَلَيْسَ لَهَا
تُصَادِمُ الشَّهْوَةَ وَتَرُدُّهَا حَتىَّ يُسَمىَّ ثَبَاتُ تِلْكَ الْقُوَّةِ
فىِ مَقَابَلَةِ الشَّهْوَةِ صَبْرًا.
Hadirin
yang berbahagia,
Sabar
adalah sifat khusus yang dimiliki oleh manusia, bukan pada binatang ataupun
malaikat. Tidak diberikan untuk hewan karena kekurangannya, tidak untuk
malaikat karena terlalu sempurna. Adapun penjelasannya sebagai berikut:
Dalam
diri binatang hanya dikuasai oleh Nafsu, jadi gerak-geriknya didasari hanya
atas nafsu belaka, tidak diberi kemampuan untuk mengatasi. Dan lawan nafsu
tersebut dalam hal ini disebut sabar.
اَمّاَالْمَلاَئِكَةُ عَلَيْهِمُ السَّلاَمُ فَإِنَّهُمْ جَرَّدُوْا
لِلشَّوْقِ اِلىَ خَضْرَةِ الرُّبُوْبِيَةِ وَلَمْ تُسَلِّطْ عَلَيْهِمْ شَهْوَةٌ
صَارِفَةٌ عَنْهَا حَتىَّ تَحْتَاجُ اِلىَ مَصَادَمَةِ مَا يُصْرِفُهَا عَنْ
حَضْرَةِ الْجَلاَلِ بِجُنْدٍ آخَرَ يَغْلِبُ الصَّوَارِفَ.
Malaikat
tidak memerlukan sifat sabar karena
hanya punya sifat syauk (rindu) kepada Alloh semata dan hanya selalu medekatkan
diri kepada-Nya. Malaikat tidak dikaruniai nafsu yang senantiasa mengajak
menjauh dari Alloh, karena itu malaikat tidak membutuhkan sabar untuk
menanggulangi nafsu.
وَاَمَّااْللإِنْسَانُ فَإِنَّهُ
خُلِقَ فىِ إِبْتِدَاءِ الصَّباَ نَاقِصَةً مِثْلَ اْلبَهِيْمَةِ لَم يُخْلَقْ
فِيْهِ اِلاَّ شَهْوَةُ الْغَدَاءِ اَلَّذِى هُوَ مُحْتَاجٌ اِلَيْهِ ثُمَّ
تَظْهَرُ فِيْهِ شَهْوَةُ الَّلعْبِ وَالِزّيْنَةِ ثُمَّ شَهْوَةُ النِّكَاحِ
عَلىَ التَّرْتِيْبِ.
Lain
halnya dengan manusia, ketika masih kecil
sifatnya masih kurang, artinya masih belum sempurna layaknya binatang (hanya
dikaruniai nafsu makan, bermain, berpakaian nafsu kawin dan seterusnya).
Hadirin
yang berbahagia,
Maka
dari itu manusia dikarunia sifat sabar dengan tujuan untuk mengatasi dan
mengatur nafsu yang menjerumuskan manusia jauh dari tugas sebagai manusia.
Yang
tahu akan sabar dan nafsu hanyalah orang-orang yang mendapat hidayah dan
taufiq, kuncinya hidayah menurut Imam Ghozali hanyalah satu, yaitu:
اَْلمُجَاهَدَةُ مِفْتَاحُ الْهِدَايَةِ
لاَمِفْتَاحَ لَهَا سِوَاهَا,
Mujahadah
adalah kuncinya Hidayah tidak ada kunci selainnya.
Para
hadirin, Semoga kita diberi sifat sabar sehingga berbeda dengan hewan.
وَفىِ حَدِيْثِ
الطَّبْرَانىِ فىِ الْكَبِيْرِ وَابْنُ حِبَّانْ : مَنْ لمَ يَصْبِرْ عَلىَ
بَلاَئِي وَلمَ ْيَشْكُرْ عَلىَ نِعَامِى وَلمَ ْيَرْضَ بِقَضَآئِ فَلْيَتَّخِذْ رَبّاً سِوَائِي.
"Barang
siapa yang tidak sabar terhadap cobaan-Ku, tidak syukur terhadap
nikmat-nikmat-Ku, tidak terima atas Qodlo-Ku maka carilah Tuhan Selain Aku”.
وَغَفَرَ اللهُ لَنَا وَلَكُمْ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اَلْلأَحْيَاءُ مِنْهُمْ
وَالْلأَمْوَاتِ اِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اْلعَالمَيِْنَ. اَقُوْلُ قَوْلىِ هَذَا
وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمِ اِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah
Ke-Tujuh
“RIDLO”
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِى عَلَّمَ التَأْوِيْلَ وَفَهَمَّهُ فىِ الدِّيْنِ , وَلَوْ
اَنْكَرَ اْلمُنْكِرُوْنَ تَصَوُّرَ الرِّضَا بِمَا يُخَالِفُ الْهَوَى. اَشْهَدُ
اَنْ لاَّ اِلَهَ اِلاَّ اللهَ عَالِمُ السِّرِّ وَاَخْفَى وَاَشْهَدُ اَنَّ
سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَارَبَّنَاالَّلهُمَّ يَاقَرِيْبُ
يَابَارُّ يَاسَمِيْعُ يَامُجِيْبُ, بِعِبَدِكَ النَّبِى ذِى الْمَقَامِ مُحَمَّدٍ
صَلِّ عَلَيْهِ سَلِّمِ وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ وَقَوِّنَا عَلىَ الَّذِى بِهِ
رِضَاكَ عَنَّا.
اَمَّابَعْدُ
اِتَّقُوْا اللهَ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ وَاعْلَمُوا اَنَّ الرِّضَا
ثَمْرَةٌ مِنْ ثِمَارِ الْمَحَبَّةِ وَهُوَ أَعْلىَ مَقَامِ الْمُقَرِّبِيْنَ
وَحَقِيْقَـتُهُ غَامِضٌ عَلىَ اْلاَكْثَرِيْنَ. وَمَا يَدْخُلُ عَلَيْهِ مِنَ
التَّشَبُهِ وَاْلاِبْهَامِ
غَيْرُمُنْكَشِفَةٍ اِلاَّ لِمَنْ عَلَّمَهُ اللَّهُ تَعَالىَ اَلتَّأْوِيْلَ وَفَهَمَّهُ
وَفَقَّهَهُ فىِ الدِّيْنِ.
Para
hadirin yang berbahagia,
Marilah kita selalu memperhatikan taqwa, sesungguhnya
beruntung orang yang selalu taqwa dan marilah berusaha melakukan hal-hal yang
mulia, yaitu Ridlo. Ridlo adalah sebagian buah dari mahabbah dan derajat yang
tinggi untuk orang-orang yang dekat dengan Alloh, namun kebanyakan manusia
bingung untuk menerapkan Ridlo yang sebenarnya dan tidak terbuka kecuali orang
yang dikaruniai hidayah dan kefahaman kepada Alloh dalam hal agama. Manusia
umumnya terpancang dalam urusan syariat (ingkar terhadap pencipta nafsu).
اَمَّالرِّضَا فَقَالَ ذُوالنُّوْنِ
: اَلرِّضَا سُرُوْرُ اْلقَلْبِ بِمُرِّ الْقَضَا .
Ridlo
menurut Dzunnun, relanya hati menerima pahit getirnya taqdir.
Menurut
Dewi Robi’ah, Ridlo adalah kesamaan hati antara mendapat nikmat dan menerima
coba’an.
وَقَالَ بَعْضُهُمْ اَلرَّاضِى مَنْ
لَمْ يَنْدَمْ عَلَى فَائِتٍ مِنَ الدُّنْيَا وَلَمْ يَتَأَسَّفْ عَلَيْهَا.
Ba’du Shalihin berpendapat, orang yang ridlo adalah
orang yang tidak menyesal karena ada atau tidaknya dunia.
Sidang
Jum’at yang berbahagia,
Di antara fadilah ridlo seperti firman Alloh SWT :
رَضِىَ اللهُ عَنْهُ وَرَضُوا
عَنْهُ. وَقَالَ تَعَالىَ : وَهَلْ جَزَاءُ الإِحْسَانِ اِلاَّ الإِحْسَانُ
Alloh
ridlo terhadap kaum yang ridlo kepada-Nya dan tidak balasan yang paling tinggi nilainaya
kecuali keridloan Alloh kepada hambanya sebagai balasan/pahala terhadap
hambanya.
وَمُنْتَهَى اْلاِحْسَانِ رِضَا
اللهِ عَنْ عَبْدِهِ وَهُوَ ثَوَابُ رِضَا اْلعَبْدِ عَنِ اللهِ
Alloh SWT berfirman :
وَعَدَ اللهُ الْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ جَنَّتٍ تَجْرِى مِنْ تَحْتِهَا اْلاَنْهَارُ خَالِدِيْنَ
فِيْهَا وَمَسَاكِنَ طَيِّبَاتِ فىِ جَنَّةٍ عَدْنٍ وَرِضْوَانٍ مِنَ اللهِ
اَكْبَرِ ذَلِكَ هُوَ اْلفَوْزُ الْعَظِيْمُ.
“Alloh berjanji kepada orang-orang yang beiman akan memberi
surga yang mana dibawahnya mengalir sungai, mereka di surga selamanya dan
diberi rumah yang bagus, ridlonya adalah kebahagian tersendiri yang amat
agung”.
وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ذَاقَ طَعْمَ اْلاِيْمَانِ مَنْ رَضِىَ بِاللهِ رَبَّا
Nabi bersabda, “orang yang ridlo bahwa Alloh sebagai
Tuhannya adalah orang yang bisa merasakan iman”.
Sayyid Ali berkata: “Orang yang menduduki tingkatan
ridlo tidak akan mendapat persoalan yang diharapkan oleh Alloh selamanya, dan
orang yang menduduki tingkatan da’i, dia akan ridlo dalam segala perbuatan.”
Hadirin yang berbahagia,
Ridlo di sini tidak akan
menghilangkan pahit getirnya qodlo Alloh. Contohnya orang minum obat atau jamu
yang pahit seperti butrowali, rasanya pahit memang. Karena tahu manfaatnya,
maka perasannya terasa ridlo.
Melalui pahitnya obat itu, sakit
bisa hilang karena ridlonya. Atau pendeknya qodlo hilang karena ridlonya, dan
mungkin juga timbul sebaliknya riya’, sum’ah dan lain-lain. Akan tetapi pahit
getirnya qodlo tidak terasa karena tenggelam dalam samudera hudhur kepada
Alloh, dan karena mentoknya memandang pada sifat jamal dan jalalnya
Alloh, seperti orang yang ada di medan perang, amarah, takut apalagi terkena
peluru seakan tidak terasa.
Hadirin yang berbahagia,
Memohon dan mengadu tidak merusak
terhadap ridlo, asalkan cara pelaksanannya dengan niat Lillah-Billah,
Lirrosul–Birrosul dan
Lilghouts-Bilghouts. Orang yang tidak mau mengadu (tidak berusaha Lillah
Billah) bukanlah termasuk orang yang ridlo.
Para hadirin
Marilah kita tinjau ulang untung
ruginya ridlo dan tidak ridlo.
قَالَ مُوْسَى عَلَيْهِ السَّلاَمُ
فىِ مُنَاجَتِهِ : أَيَا رَبِّى أَىُّ خَلْقِكَ اَحَبُّ اِلَيْكَ ؟ قَالَ مَنْ
إِذَا أَخَذْْتُ مِنْهُ الْمَحْبُوْبَ سَالَمَنِى قَالَ اَىُّ خَلْقِكَ اَنْتَ
عَلَيْهِ سَاخِطٌ ؟ قَالَ مَنْ يَسْتَخِيْرُنىِ فىِ اْلاَمْرِ فَاِذَا قَضَيْتُ سَخَطَ
قَضَائِى.
Nabi musa munajad kepada Alloh, Wahai Tuhan siapa
makhluqmu yang paling Engkau ridloi? Jawab Tuhan: yaitu orang yang menyerahkan
sesuatu yang dia cintai kepadaKu bila Ku inginkan, Nabi Musa bertanya lagi: siapa yang paling Engkau benci?
Jawab tuhan: yaitu orang yang ingin tahu
dimana kebaikan, akan tetapi dikala aku beri tahu dia
nya tidak ridlo.
Sidang Jum’at yang berbahagia,
Semakin berat lagi apalagi
memperhatikan hadits Qudsi :
مَنْ لَمْ
يَصْبِرْ عَلَى بَلاَئِى وَلَمْ يَشْكُرْ نَعْمَائِى وَلَمْ يَرْضَ بِقَضَائِى
فَلْيَتَّخِذْ رَبًّا سِوَاِئى.
“Barang siapa tidak sabar menerima
cobaan-Ku, tidak syukur terhadap nikmat-nikmat-Ku tidak ridlo terhadap qodlo-Ku
maka carilah Tuhan selain Aku”.
Sidang Jum’at yang berbahagia,
Apabila kita menghadapi
kemaksiatan kita harus ridlo (senang), dan harus benci karena memandang semua
perbuatan tersebut merupakan qodlo qodarnya Alloh. Benci karena diperintah,
benci maksiat kepada Alloh. Dengan terus menerus ingat bahwa benci juga Billah.
Yang menjadikan benci adalah Alloh.
Pokoknya perbuatan lahir maupun bathin jangan sampai
meninggalkan Lilah-Billah, Lirrosul-Birrosul
Lighouts-Bilghouts, Yu’ti Kulla Dzii Haqqin Haqqoh dan Taqdiimul Aham
Fal Aham Tsummal ‘Anfa’ Fal ‘Anfa’.
باَرَكَ اللهُ
لىِ وَلَكُمْ فىِ الْقُرْأَنِ اْلكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا وَلَكُمْ مِنَ الَّذِيْنَ
رَضِى اللهَ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ تَعَالىَ بِفَضْلِ اللهِ وَشَفَاعَةِ
رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبِبَرَكَةِ غَوْثُ هَذَا
الزَّمَانِ وَاَعْوَانِهِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ اَجمْعَيِنْ َوَالْحَمْدُ ِللهِ
رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ. اَقُوْلُ قَوْليِ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهُ الْعَظِيْمَ
اِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah
Ke-Delapan
“MAHABBAH”
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى فَضَّلَنَا
بِالْوَاحِدِيَةِ بِفَضْلِ رَبِّنَا , يَا سَيِّدَ الرُّسْلِ حَبِيْبَ اللهِ
صَلاَتُهُ عَلَيْكَ مَعْ سَلاَمِهِ , اَنْتَ رَسُوْلٌ وَنَبِىٌّ أُمِّى , اَنْتَ
رَؤُوْفٌ وَحَبِيْبُ الْمُنْعِمِ , وَاْلاَلِ قَدْ اُسْرِعَتِ الْحَوَائِجُ , بِكَ
الْهُدَى الرِّضَااْلفُتُوْحُ اْلفَرَجُ , مَاِليَ قَطُّ سَيِّدِى سِوَاكَ , َلإِنْ
تَرُدَّنَّ كُنْتُ سَخْصًا هَاِلكاَ , يَارَبَّناَ مُيَسِّرِاْلعَسِيْرِ , يَارَبَّناَ
الَّلهُمَّ ياَذَا الْخَيْـرِ , صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَسَلِّمِ وَاْلاَلِ
وَالصَّحْبِ وَكُلِّ مُسْلِمِ , فَاغْفِرْ لَنَا يَارَبَّنَا بِالْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ أََجْمَعِيْنَ أََجْمَعِيْنَ
اَشْهَدُ اَنْ
لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ وَاَشْهَدُ اَنَّ
سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ سَيِّدُ اْلاَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَيْهِمْ وَاَلِهِمْ وَاَصْحَابِهِمْ اَجْمَعِيْنَ.
اَمَّا بَعْدُ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. ِاحْوَانىِ رَحِمَكُمُ اللهُ إِنَّ أَسْعَدَ الْخَلْقِ حَالاً فىِ
اْلاَخِرَةِ أَقْوَاهُمْ حُبًّا للهِ تَعَالىَ فَإِنَّ اْلاَخِرَةَ مَعْنَاهَا
الْقُدُوْمُ عَلَى اللهِ وَدَرْكِ سَعَادَةِ لِقَائِهِ تَعاَلىَ وَمَا أَعْظَمُ نِعْمَةً
لِلْمُحِبِّ إِذَا قَدِمَ عَلَى مَحْبُوْبِهِ بَعْدَ طُوْلِ شَوْقِهِ وَتَمَكُّنِهِ
مِنْ دَوَامِ مُشَاهَدَتِهِ اَبَدَ اْلاَبَدِ مِنْ غَيْرِ مُنَغِّصٍ وَمُنْكَدِرٍ
وَ مِنْ غَيْرِ رَقِيْبٍ وَمُزَاحِمٍ وَ مِنْ غَيْرِ خَوْفٍ إِنْقِطَاعٍ اِلاَّ
اَنَّ هَذَا النَّعِيمَ عَلَى قَدْرِ قُوَّةِ الْحُبِّ.
Hadirin yang berbahagia,
Setiap khutbah jum’at kita
diingatkan supaya taqwalloh. Marilah perhatian ini kita dalami, khutbah kali
ini membicarakan tentang mahabbah, karena mahabbah hubungannya dengan iman.
Sangatlah erat dan sangatlah menentukan, begitu juga mahabbah kepada Rasul,
difirmankan yang artinya: ”Tidak
dikatakan sempurna imannya orang yang tidak mempunyai mahabbah." Sungguh
beruntung makhluq di akhirat kelak, makhluq yang mempunyai rasa mahabbah kepada
Alloh, karena di alam akhirat merupakan saat bertemu dengan Alloh seperti
nikmatnya orang yang dilanda cinta bertemu dengan mahbubnya yang sekian lama
dirindukanya.
Dalam
mahabbah timbul yang namanya musyahadah abadi, tanpa ada rintangan dan
persoalan yang tidak diinginkan dan tidak khawatir akan berpisah, nikmat yang
seperti ini menurut kadar dalam tidaknya mahabbah itu sendiri. Mukmin seperti
ini tentu memiliki cinta kepada Alloh karena mahabbah kepada Alloh tidak akan
lepas dari iman dan ma’rifat. Mahabbah
yang sudah klimaks atau disebut عَشْقًا (rindu) itu tidak semua mu’min memilikinya.
Buah dari mahabbah ada dua; pertama
memutuskan interaksi diri dengan dunia. Kedua, meng-Esakan Alloh dalam
hati. Hati ibarat wadah, tidak bisa memuat cuka selagi air masih ada
didalamnya. Alloh berfirman:
È@è%
ª!$# (
¢OèO öNèdös
Îû öNÍkÅÎöqyz
tbqç7yèù=t (6-الانعام:91)
Katakanlah:"Allah-lah (yang menurunkannya)", kemudian
(sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka
bermain-main dalam kesesatannya”
وَلاَ يَحْصُلُ ذَلِكَ اِلاَّ
بِتَرْبِيَةِ الشَّيْحِ الْكاَمِلِ الْمُكَمِّلِ وَهُوَ فىِ آخِرِ الزَّماَنِ
كَالْكِبْرِيْتِ اْلاَحْمَرَ وَيـُكْثِرُ الصَّلاَةَ عَلَى النَّبِى صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ َيقُوْمُ مَقَامَ ذَلِكَ
Para hadirin yang berbahagia,
Akan tetapi untuk menghasilkan
mahabbah yang sebenarnya, tidak akan berhasil tanpa didikan seorang guru yang
kamil mukamil. Sulit memang mencari guru yang bertipe seperti itu, bak mencari
belerang berwarna merah. Yang menjadi gantinya yaitu memperbanyak bacaan
Shalawat kepada Rasul .
Ba’dus
Sholihin berkata dalam kitab Ihya Ulumuddin juz 4:284
لَيْسَ فِى الْجَنَّةِ نَعِيْمٌ
اَعْلَى مِنْ َنعِيْمِ اَهْلِ الْمَحَبَّةِ وَالْمَعْرِفَةِ وَلاَ فىِ جَهَنَّمَ
عَذَابٌ اَشَّدُ مِنْ عَذَابِ مَنْ اِدَّعَى الْمَحَبَّةَ وَالْمَعْرِفَةَ وَلَمْ
يَتَحَقَّقْ بِشَيْئٍ مِنْ ذَلِكَ.
“Tiada nikmat surga yang paling tinggi
seperti nikmat ahli mahabbah dan ma’rifat, di neraka jahannam, tida ada siksa
yang paling pedih kecuali siksa orang yang mengaku dirinya mahabbah dan
ma’rifat kepada Alloh tapi tidak konsekwen dalam pengaplikasiannya”.
Syaikh
Ibnu Mubarak berkata:
تَعْصِى اْلاِلَهَ وََانْتَ
تُظْهِرُ حُبَّهُ
|
$
|
عاَرٌ عَلَيْكَ إِذَا فَعَلْتَ عَظِيْمٌ
|
لَوْكَانَ حُبُّكَ صَادِقًا
لاَطَعْـتَهُ
|
$
|
وَإِنَّ الْمُحِبَّ لِمَنْ يُحِبُّ مُطِيْعُ
|
"Kamu
selalu saja maksiat, melawan, membangkang perintah Alloh akan tetapi juga cinta kapada Alloh.
Perbuatan seperti itu merupakan suatu ketercelaan yang amat besar bagi kalian.
Seyogyanya bila cinta itu tulus kamu mengikuti perintahnya."
وَاَنَّ مَنْ اَحَبَّ شَيْئًا اَكْثَرَ
بِالضَّرُوْرَةِ مِنْ ذِكْرِهِ وَذِكْرِمَا يَتَعَلَّقُ بِهِ.
“Sesungguhnya orang yang cinta kepada yang dicintai itu otomatis
selalu memanggil atau setidaknya ingat kepada
yang dicintai, dan segala sesuatu yang berhubungan dengannnya”.
وَعَلاَمَةُ حُبِّ اللهِ حُبُّ
النَّبِىِ وَعَلاَمَةُ حُبُّ النَّبِىِّ حُبُّ السُّنََّةِ وَعَلاَمَةُ حُبُّ
السُّنَّةِ حُبُّ اْلآخِرَةِ وَعَلاَمَةُ حُبِّ اْلاَخِرَةِ بُغْضُ الدُّنْيَا وَعَلاَمَةُ بُغْضِ
الدُّنْيَا اَنْ لاَ يَأخُدَ مِنْهَا اِلاَّ زَادًا وَبلُغْةًَ اِلىَ اْلآخِرَةِ
اَىْ اَنْ لاَ يَاْخُذَ هَا اِلاَّ للهِ بِاللهِ.
Para
hadirin,
"Tanda orang cinta kepada Alloh adalah cinta kepada Nabi,
tanda orang cinta kepada nabi adalah cinta terhadap cinta terhadap
sunah-sunahnya (tindak tanduknya), tanda cinta terhadap sunah-sunah beliau
adalah cinta akhirat, tanda cinta pada akhirat adalah benci terhadap dunia,
tanda benci dunia adalah tidak merusak alam, kecuali hanya melaksanakan
perintah Alloh (Lillah) sadar yang menggerakkan adalah Dia (Billah)."
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ
عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ
عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ
ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (5-المائدة:54)
"Hai orang-orang yang beriman,
barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan
mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya,
yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras
terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi
Maha Mengetahui."
بَارَكَ اللهُ لىِ وَلَكمُ ْفِى
الْقُرْأَنِ اْلكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا ِايَّاكُمْ مِنَ الْمُحِبِّيْنَ
وَاْلعَارِفِيْنَ الْكَامِلِيْنَ الْمُكَمِّلِيْنَ وَالْكَامِلاَتِ
الْمُكَمِّلاَتِ وَغَفَرَ اللهُ لَنَا وَلِوَالِدَيْـنَا وَلِمَشَايِحِنَا
وَلِمَنْ لَهُ حُقُوْقٌ عَلَيْنَا وَلِجَمِيْعِ مَنْ عَمِلَ بِالصَّلَواَتِ
الْواَحِدِيَة ِوَمَنْ اَعَانَا اِلَيْهَا اِلىَ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ وَلِجَمِيْعِ
اْلمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ
اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ
بِجَاهِ النَّبِى كَاشْفِ اْلغَمَّةِ وَهَادِى اْلاُمَةِ وَعَلَى اَلِهِ
وَصَحْبِهِ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ اَجْمَعِيْنَ. اَللَّهُمَّ اَعِنَّا وَقَوِّناَ
عَلَى كَثْرَةِ ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ بِرَحْمَتِكَ يَا
اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَقُوْلُ
قَوْلىِ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ الله َالْعَظِيْمَ اِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ.
Khutbah Ke-Sembilan
“MAULID
NABI”
اَلْحَمْدُ للهِ
اَّلذِى كَرَّمَنَا, بِالْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ حَبِيْبِنَا , يَارَبَّنَا صَلِّ
وَسَلِّمْ دَاِئمًا عَلَى الرَّسُوْلِ اْلمُصْطَفَى مَنْ قَدْ سَماَ , وَآلِهِ
وَصَحْبِهِ وَكُلِّ مَنْ عَظَمَهُ فىِ كُلِّ حَالٍ وَزَمَانٍ , لاَسِيَّمَا فىِ
الشَّهْرِ فَهُوَ يُوْلَدُ فِيْهِ وَكُلِّ مَنْ يُوَحِّدُ , ِللهِ بِاللهِ الَّذِى
قَدْعَمِلَ , بِالْوَاحِدِيَةِ بِفَضْلِ ذِى اْلعُلاَ.
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ
الْمَلِكُ اْلحَقُّ اْلمُبِيْنُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدِ اْلاَمِيْنُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ
وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِ اْلمُرْسَلِيْنَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِِهِ
وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِى التّاَبِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلىَ
يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَمَّا بَعْدُ إِخْوَاِنى رَحِمَكُمُ اللهُ
أُوْصِيْكُمْ وَِإيَّاىَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Kaum
muslimin yang dirahmati oleh Alloh,
Marilah berusaha meningkatkan taqwa kita kepada Alloh,
terutama sekali di bulan ini, bulan lahirnya (secara dhohir) Rosululloh SAW
kekasih Alloh dengan mengadakan penghormatan ikroman, ta’dziiman dan mahabbah
kepada dhohir beliau Rasul, hal yang seperti ini juga termasuk dalam kategori
bertaqwa. Hubungan mengagungkan dhohir baginda Rasul, beliau bersabda:
مَنْ عَظَّمَ مَوْلِدِى كُنْتُ
شَفِيْعًا لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ اَنفْقََ دِرْهَمًا فِى مَوْلُودِى
فَكَاَنَّمَا اَنْفَقَ جَبَلاً مِنْ ذَهَبٍ.
“Barang siapa yang mengagungkan
kelahiranku, maka aku akan mensyafaatinya besok pada hari kiyamat dan barang
siapa yang menginfaqkan hartanya satu dirham saja untuk menghormati ku maka
sama halnya dengan bersedekah emas sebesar gunung”.
Rasululloh lahir pada hari Senin
tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah, kemudian oleh kaum muslimin di Indonesia
diperingati hari Maulud. Seperti halnya Bulan Ramadhan di namakan bulan Puasa,
dan seperti bulan Sya’ban disebut juga bulan Ruwah diambil dari kata Arwah,
karena di bulan itu kebanyakan orang Islam mendatangi (ziarah) ke makam para
leluhur mereka, keluarga mereka yang yang sudah meninggal. Begitu juga bulan
Robi’ul Awal; karena sebagian besar masyarakatnya menghormati bulan tersebut
yang kemudian disebut bulan Maulud.
Kaum muslimin yang dirahmati Alloh,
Dalam bulan Robi’ul Awal Nabi
dilahirkan. Dan di bulan Robi’ul Awal juga baginda Nabi hijrah dari Makkah ke
Madinah. Namun menurut kebijaksanaan Sayyidina Umar RA, Tahun Hijriyah diajukan
pada bulan Muharram. Bulan Muharram
disebut juga bulan Syura (kata Syura bisa diartikan tangal sepuluh) karena
masyarakat melakukan sedekah pada tanggal tersebut.
Muslimin yang berbahagia,
Marilah bersama-sama mengenang jasa
baginda Rasul. Menurut sejarah, sebelum Rasul
lahir ke dunia ini, dunia dalam kekuasaan Negara Adikuasa yaitu Romawi
sebelah Timur Persia. Alhamdulilah bifadlillah, dengan terutusnya baginda Nabi
negara adikuasa tersebut bisa teratasi, malahan dengan waktu yang relatif
singkat Islam menyebar sampai Timur Tengah sampai Andalusia, merembet lagi
ke-Timur Jauh dan akhirnya sampai ke Indonesia ini.
Muslimin yang berbahagia,
Ketika zaman Jahiliyah, kondisi
dunia amat sangat kacau. Hukum Rimba menjadi pedoman, yang kuatlah yang
berkuasa, yang kecil mejadi mangsa, kaum hawa hanya sebagai pemuas nafsu,
putri-putri mereka dianggap memalukan sampai-sampai tega mengubur mereka
hidup-hidup. Dianggap mulia apabila punya ibu menjanda, karena ibu dijadikan
sebagai barang warisan, bisa dikawini oleh putranya sendiri, bisa dijual dan
lain-lain. Apabila wanita sedang dalam keadaan haid dia tidak diperbolehkan
tidur di dalam rumah, mereka harus tidur dengan binatang. Dalam sejarah,
terjadi suatu peristiwa, bayi dibunuh.
Hadirin yang berbahagia,
Tentang pengetahuan di
zaman dahulu, pengetahuan umum
seperti teknologi ala Yunani, orang-orang baratlah yang menjadi pelopornya,
padahal waktu itu sangatlah bodoh sekali. Akhirnya kaum muslimin membuat
madrasah, mulai TK sampai perguruan tinggi seperti di Andalus-Cordoba dan lain
sebagainya. Para pelajarnya adalah orang-orang muslim dan juga non muslim. Yang
sekarang menjadi pelopornya teknologi seperti, USA, JERMAN, RRC dan lain-lain.
Teknologi yang ada di Yunani, seumpama kaum muslim tidak bangkit pastilah sudah
punah.
Hadirin yang berbahagia,
Tentang akhlaq, seumpama Rasul tidak
khawatir, maka manusia saat sekarang berjiwa binatang bahkan bisa lebih jahat
dan kejam lagi dibanding itu sesat dan menyesatkan. Yang jelas tanpa terutusnya
Nabi kita tidak tahu menahu tentang Tauhid, Iman dan Islam. Apabila tidak Iman
dan Islam, mau jadi apa kita?
Alhamdulillah, Alloh menyelamatkan
manusia dari jurang kehancuran jurang neraka. Dengan diutusnya Rasul SAW
seperti yang difirmankan oleh Alloh SWT:
اَعُوْذُ
بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا
حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا (3-ال عمران:103)
“Kamu semua berada di pinggir neraka kemudian aku menyelamatkan
dari neraka”.
Sehubungan
dengan jasa Rasul yang sangat agung kita
ingat firman Alloh:
وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ
اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا (4- النساء :
86)
Para
hadirin yang berbahagia,
Kita sadari bersama bahwa kita sudah menerima jasa dari Rasul
yang tak ternilai, yang jelas Iman dan Islam dan seterusnya. Kemudian apa yang
kita berikan kepada baginda Nabi? Secara hakikat kita tidak mungkin bisa
membalas, karena dalam firman Alloh:
وَاللهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ (37- الصفات:96)
"Alloh yang menjadikan kamu semua dan kamu tidak bisa
berbuat apapun."
Dan
juga dalam hadis Qudsi:
خَلَقْتُكَ مِنْ نُوْرِى وَخَلَقْتُ
الْخَلْقَ مِنْ نُوْرِكَ .
“Aku menjadikan kamu (Muhammad) dari nur-Ku dan aku menjadikan
makhluq dari nurmu”.
Menurut
syariat, Alloh memberikan petunjuk yang diantaranya terdapat dalam firmannya:
$pkr'¯»t
úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä
(#q=|¹ Ïmøn=tã
(#qßJÏk=yur $¸JÎ=ó¡n@
(33-الاحزاب:56)
“Wahai orang-orang yang beriman bacalah sholawat dan salam
kepada Nabi Muhammad SAW."
Maka dari itu marilah kita bersama-sama memperbanyak
membaca Shalawat dan salam kepada baginda Nabi. Nabi tidak membutuhkan Shalawat
kita, cukup hanya dari Alloh dan para malaikat-Nya. Maka dari itu bacaan
Shalawat kita hanya punya satu dasar yaitu melaksanakan perintah Alloh dan niat
ta’dzim dan memuliakan baginda Nabi dan juga tidak lupa berniat syukur kepada
nabi, karena :
لاَ يَشْكُرُ اللهَ مَنْ لاَ
يَشْكُرَ النَّاسِ.
“Tidak termasuk syukur kepada Alloh bila tidak brterima kasih
kepada manusia”.
Bila tidak syukur kepada Alloh maka termasuk dalam
keadaan kufur dan terancam akan adzab Alloh yang amat sangat pedih.
Hadirin
yang berbahagia,
Sehubungan dengan kesempurnaan iman yang sempurna,
seharusnya disertai dengan mahabbah,
اَلاَ لاَ لِمَنْ لاَ مَحَبَّةَ لَهُ
“Ingatlah orang yang tidak mempunyai cinta, maka dia tidak
mempunyai iman yang sempurna”.
Di
antara tanda-tanda mahabbah adalah taat dan sering mensebut-sebut yang
dicintainya, termasuk juga Shalawat ini, selain daripada itu juga
mensebut-sebut Asma Nabi juga menjadi insiprasi untuk peningkatan iman yang
sempurna. Sempurnanya iman besok di alam kubur kita akan tahu sendiri.
ِلأَنَّ ظُهُوْرَ سِرِّ
اْلإِنْساَنِ فىِ الدُّنْياَ
وَظُهُوْرَ اْلاِيْمَانِ فىِ
اْلبَرْزَحِ وَظُهُوْرَ اْلعِرْفَانِ فىِ اْلاَخِرَةِ.
"Rahasia orang imannya tebal, akan kelihatan besok di alam
kubur."
اَعُوْذُ بِاللهالسَمِيْعِ
اْلعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ: لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ
وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ
مُبِينٍ (3-ال عمران:164)
بَارَكَ اللهُ
لىِ وَلَكُمْ فىِ اْلقُرْأَنِ اْلكَرِيْمِ
وَغَفَرَ اللهُ لَنَا وَلَكُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْن
Khutbah
Ke-Sepuluh
“MENGENAL
MASJID”
اَلْحَمْدُ للهِ
الَّذِىْ جَعَلَ الْمَسْجِدَ بُيُوْتَ الْمُتَّقِيْنَ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ
اِلاَّ الله ُالْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْنُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَسُوْلُ اللهِ وَسَيِّدُ
اْلاَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَمَااُرْسِلَ اِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ.
يَارَبَّنا َاللَّهُمَّ صَلِّ سَلِّمِ عَلَى
مُحَمَّدٍ شَفِيْعِ اْلاُمَمِ , وَاْلاَلِ وَاجْعَلِ اْلاَناَمَ مُشْرِعِيْنَ
بِالْوَاحِدِيَةِ لِرَبِّ اْلعَالَمِيْنَ . َيارَبَّنَا اغْفِرْ يَشِّرِ افْتَحْ
وَاهْدِنَا, قَرِّبْ وَاَلِّفْ بَيْنَنَا يَارَبَّنَا.
اَمَّابَعْدُ
إِخْوَانِى رَحِمَكُمُ الله أُوْصِيْكُمْ وَاِيَّاىَ بِتَقْوَى اللهْ وَاعْلَمُوْا
اَنَّ اْلمَسَاجِدَ بُيُوْتَ اللهِ فَيَنْبَغِى لِلْمُؤْمِنِ أَنْ يُعَظِّمَهَا
فَاِنَّ تَعْظِيْمَهَا تَعْظِيْمُ اللهِ تَعَالَى.
وَرُوِىَ عَنْ
اَنَسٍ رَضِيَ الله عَنْهُ عَنْ رَسُوْلِ
اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمْ اَنَّهُ قَالَ: تُحْشَرُ اْلمَسَاجِدُ
كَاَنَّهَا بَحْتٌ بِيْضٌ قَوَائِمُهَا مِنَ اْلَعَنْبَرِ وَاَعْنَاقُهَا مِنَ
الزَّعْفَرَانِ وَرُؤُسُهَا مِنَ الْمِسْكِ الاَذْفَرِ وَاَسْنَامُهَا مِنَ الزَّبَرْجُدِ
اْلاَحْضَرِ وَقَوَائِدُهاَ الْمُؤَذِّنُوْنَ يَقُوْدُوْهَا فىِ عُرُصَاتِ
الْقِيَامَةِ كَالْبَرْقِ الْخَاطِبِ فيَقُوْلُوْنَ اَهْلُ اْلِقيَامَةِ هَؤُلاَءِ
اْلمَلاَئِكَةُ الْمُقَرَّبُوْنَ وَاْلاَنْبِيَاءُ وَالْمُرْسَلُوْنَ
فَيُنَادُوْنَ يَااَهْلَ الْقِيَامَةِ مَا هَؤُلاَءِ الْمَلاَئِكَةُ
الْمُقَرَّبُوْنَ وَلاَ اْلاَنْبِيَاءُ وَاْلمُرْسَلُوْنَ بَلْ هُمْ اُمَّةُ
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِيْنَ يَحْفَظُوْنَ صَلاَةَ
الْجَمَاعَةِ. (المجالس السنية ص 80)
Para hadirin,
Marilah bertaqwa kepada Alloh dan
marilah ketahui bahwa masjid adalah rumah Tuhan, maka dari itu, orang mukmin
seharusnya menghormat dan mengagungkan masjid berarti mengagungkan Tuhan. Nabi
Muhammad bersabda: “Pada hari Qiyamat masjid akan digiring layaknya unta putih
yang kakinya terbuat dari minyak ambar, kulitnya dari minyak Za’faron,
kepalanya dari dari misik yang teramat wangi, bahunya seperti zabarjud hijau
yang dituntun oleh para muadzin dan digiring oleh para imam melewati lapangan
padang kiamat seperti jalannya kilat sampai-sampai ahli kiamat berucap
"itu adalah golongan para malaikat yang dekat dengan Alloh, para nabi dan
Rasul". Kemudian ada sebuah pengumuman, wahai ahli kiamat, itu bukan dari
golongan malaikat ataupun para Nabi dan Rasul melainkan golongan umat Nabi
Muhammad yang aktif sholat berjama’ah". Syaikh
Wahab bin Munabbah menceritakan bahwa hari kiamat, masjid itu bagai perahu yang
indah yang dihiasi intan dan yaqut untuk menolong para ahli masjid.
وَقاَلَ الْحَسَنُ الْبِصْرِى
رَحِمَهُ الله ُ : مُهُوْرُ الْعِيْنِ فىِ
الْجَنَّةِ كَنْسُ الْمَسَاجِدِ وَعِمَارَتهُاَ.
Maskawin bidadari surga adalah membersihkan dan
meramaikan masjid. Sahabat Anas bin Malik berkata: "Siapa yang menerangi
masjid dengan lampu, maka dia selalu dimohonkan ampunan oleh para malaikat
selagi lampu itu masih di masjid."
Maka dari itu, di sini ta’mir masjid menyediakan kotak
amal untuk keperluan masjid ataupun sewa lampu listrik, dimohon untuk tidak
menyia-nyiakan kesempatan baik walupun hanya lima rupiah. Besok kita akan tahu
hasil yang kita dapat.
قاَلَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَابِ رَضِى الله ُعَنْهُ : اَلْمَسَاجِدُ بُيُوْتُ
اللهِ وَالْمَصَّلِى فِيْهَا زَائِرُهُ وَحَقٌّ عَلَى اْلمُزَوَّرِ اَنْ يُكْرِمَ
زَائِرَهُ.
Masjid
adalah rumah Alloh, orang yang sholat didalamnya adalah yang ziarah kepada
Alloh, maka sudah semestinya yang diziarahi memuliakan yang menziarahi.
Para
hadirin,
Sudah sewajarnya, apabila mukmin kerasan dalam masjid
karena merasa dalam singgasana kerajaan Tuhan yang serba Maha. Kemudian untuk
orang munafik seperti saya ini bagaimana?
قَالَ الَنَّزَالُ ابْنُ
سَبُوْرَةَ: اَلْمُنَافِقُ فىِ الْمَسْجِدِ كاَلطَّيْرِ فىِ الْقَفَصِ.
Orang munafik ketika di dalam masjid ibarat burung dalam
kurungan. Semoga kita menjadi orang yang selalu kerasan menjadi tamu Alloh
yaitu mukmin yang ahli masjid dan berjama’ah. Amin.
Para hadirin,
Mohon maaf. Apabila kita
membicarakan masjid, tentu kita ingat masjid batin dan hati kita yang harus
kita jaga kebersihannya dari najis, takabbur, riya’ dan maksiat serta kita
usahakan penerapan hati berupa nur hidayah dengan mujahadah, karena tanpa
mujahadah, pasti mengalami gelap tersesat dan menyesatkan.
قَالَ تَعَالىَ
اَعُوْذُ بِاللهِالسَّمِيْعِ اْلعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ. وَجَاهِدُوا فىِ
سَبِيْلِ اللهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
بَارَكَ الله
ُلىِ وَلَكُمْ فىِ اْلقُرْأَنِ اْلكَرِيْمِ وَغَفَرَ اللهُ لَنَا وَلِجَمِيْعِ
الْمُؤْمِنِيْنَ بِرَحْمَتِكَ ياَ اَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَاسْتَغْفِرُ
اللهَ الْعَظِيْمِ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah
Ke-Sebelas
“BERKORBAN DI
JALAN ALLOH”
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى هَدَانَا بِالْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍِ حَبِيْبِنَا ,
يَارَبَنَا الَّلهُمَّ اَنْتَ اْلوَاحِدُ , الْكَرِيْمُ اْلبَارُّّ وأَنْتَ الْجَوَادُ
, بِفَضْلِكَ الْعَظِيْمِ ثُمَّ الْخَاتَمِ , يَارَبَّنَا صَلِّ عَلَيْهِ سَلِّمِ ,
وَجِّدْ عَلَيَّ رَبِّ بِاالْحَوَائِجِ , وِالْفَرَحِ الْيَُسِْرِ اْلاِيْمَانِ
الْفَرَجِ ,
اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ
اللهُ اْلوَاحِدُ اْلاَحَدِ الصَّمَدِ , الَّذِى لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُوْلَدْ
وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا اَحَدُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنًا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اِلَى اَخِرِ اْلاَبَدِ , وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَى
حَبِيْبِكَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
اَمَّا بَعْدُ اَيُّهَااْلاِخْوَانِ
رَحِمَكُمُ اللهُ اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَّ بِتَقْوَى اللهِ قَالَ تَعَالَى وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ
يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ. وَلَنْ يُؤَخِّرَ اللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَاءَ أَجَلُهَا
وَاللَّهُ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (63- المنافقون:10-11)
Marilah
kita bersama-sama bertaqwa, yaitu melaksanakan perintah Alloh
dan menjauhi larangan-Nya. Sebagian dari perintah Alloh adalah berinfaq yaitu
mengorbankan sebagian dari rizki yang diberikan Alloh kepada kita untuk
keperluan sabilillah, seperti keperluan masjid atau pendidikan madrasah
dan lain-lain.
Dalam
bab ini Alloh berfirman dalam surat 63-Al Munafiqun :10-11, yang artinya: “Dan
belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang
kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya
Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang
dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-orang yang
saleh?" Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang
apabila telah datang waktu kematiannya. dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu
kerjakan”.
Ada
sebagian Ba’du Shalihin mengatakan: "seumpama seseorang di perbolehkan
mundur (dimasa lalu) walaupun hanya satu detik, maka dia akan berani membayar
dengan dunia seisinya."
Alloh berfirman dalam hadits
Qudsi :
يَا اِبْنَ اَدَمَ اَنْفِقْ اُنْفِقْ عَلَيْكَ فَاِنَّ يَمِيْنَ اللهِ مَلأَ
سَحًّا لاَ يَغِيْضُهَا شَيْئٌ لاَ بِالنَّهَارِ وَلاَ بِالَّليْلِ
“Wahai anak Adam, tunaikanlah infaq fi sabilillah pasti
aku limpahkan karunia-Ku kepada kamu semua, sesungguhnya gudang nikmat dan
rahmat-Ku penuh dan melimpah ruah dan tidak akan berkurang sedikitpun siang
maupun malam,”
Alloh berfirman lagi:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ
أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ
لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (2- البقرة :261)
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat
gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendak dan Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha mengetahui”.(2-
Al-Baqarah:261).
Di antara jaminan yang dijanjikan Alloh lagi seperti yang
disebutkan dalam Hadits Qudsi :
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ الْعِبَادُ
فِيْهِ اِلاَّ مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ فَيَقُوْلُ اَحَدُهُمَا اَللَّهُمَّ اَعْطِ
مُنْفِقًا خَلَفَا وَيَقُوْلُ اْلاَخَرُ اَللَّهُمَّ اَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا.
رَوَاهُ الشَّيْخَانِ.
“Tidak ada hari yang terlewatkan, setiap pagi ada dua malaikat
yang turun ke bumi mendakan hamba Alloh, yang satu berdoa’a: Wahai Alloh berilah imbalan kepada
mereka yang berinfaq dan shodaqah fi sabiilillah, yang satunya lagi berdoa :
wahai Alloh berilah kehancuran harta bendanya mereka yang kirir”.
Hadirin yang berbahagia,
Marilah
fatwa-fatwa, keterangan tersebut di atas kita praktekkan menurut kemampuan
masing-masing, walaupun sepele bentuknya, seperti uang lima rupiah itu tidak
ada harganya dan tidak dihargai. Ini kita manfaatkan, kita masukkan ke dalam
kotak amal seperti kotak-kotak amal yang disediakan di masjid atau dana box
untuk madrasah yang selalu tersedia menunggu amal Anda. Di dalam kotak amal dan
dana box terdapat malaikat yang senantiasa menunggui dan mencatat siapa saja
yang memasukkan hartanya walaupun tak seberapa, mungkin disebabkan karena harta
lima rupiah kita mendapat ridlo dari Alloh, disebutkan dalam Taqriibul Ushul
hal :159,
اِنَّ اللهَ خَبَأَ ثَلاَثَةَ
اَشْيَاءَ فىِ ثَلاَثَةِ مَوَاضِعَ خَبَأَ رِضَاهُ فىِ طَاعَةٍ فَلاَ تَسْتَقِلَّ
طَاعَةً وَخَبَأَ غَضَبَهُ فىِ مَعْصِيَةٍ وَخَبَأَ وِلاَيَتَهُ فىِ قُلُوْبِ
اَوْلِيَائِهِ فَلاَ تَسْتَحْقِرَّ اَحَدًا.
“Alloh menyimpan tiga perkara dalam tiga tempat, pertama, Alloh menyimpan dalam ketaatan, maka dari itu
janganlah menghitung-hitungnya dan juga meremehkannya, dan jangan
menyepelekannya. Kedua, Alloh menyimpan murkanya dalam maksiat, maka
dari itu janganlah sembrono dalam kemaksiatan, walaupun hanya kecil. Ketiga,
Alloh menyimpan kekasihnya dalam hati kekasihnya, maka dari itu jangan
sekali-kali menghina orang lain”.
Hadirin yang berbahagia,
Walaupun hanya uang liam rupiah,
janganlah sampai diremehkan, tidak usah malu-malu, sebab uang lima rupian kita
semua mendapat ridlo dari Alloh.
بَارَكَ اللهُ
لىِ وَلَكُمْ فىِ الْقُرْأَنِ اْلكَرِيْمِ فىِ هَذَا الشَّهْرِ الْعَظِيْمِ.
وَغَفَرَ اللهُ لَنَا وَلِجَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ بِرَحْمَتِكَ ياَ
اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَالْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمِ اِنَّهُ هُوَ
الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah
Ke-Dua Belas
“MENANGGAPI
DUNIA DALAM MUSIBAH”
اَلْحَمْدُ للهِ
الَّذِى قَالَ فىِ كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ وَمَا كَانَ رَبُّكَ مُهْلِكَ اْلقُرَى
حَتىَ يَبْعَثَ فىِ اُمَّتِهَا رَسُوْلاً يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَياَتِنَا وَمَا
كُنَّا مُهْلِكَ اْلقُرَى اِلاَّ وَاَهْلُهَا ظَالِمُوْنَ.
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ
الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَحَبِيْبُهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ.
يَارَبَّنَاالَّلهُمَّ صَلِّ سَلِّمِ عَلَى
مُحَمَّدٍ شَفِيْعِ اْلاُمَمِ , وَاْلاَلِ وَاجْعَلِ اْلانَامَ مُسْرِعِيْنَ
بِالْوَاحِدِيَةِ لِرَبِّ الْعَالَمِيْنَ. يَارَبَّناَ اغْفِرْ يَسِّرِ افْتَحْ
وَاهْدِنَا قَرِّبْ وَاَلِّفْ بَيْنَنَا يَارَبّنَا.
اَمَّا بَعْدُ اِتَّقُوا اللهَ فَقَدْ فَازَ
الْمُتَّقُوْنَ.
Hadirin
yang berbahagia,
Marilah bersama-sama bertaqwa kepada
Alloh dengan selalu memperhatikan ayat-ayat-Nya. Seperti akhir-akhir ini kita
semua mendengar, megetahui dalam media cetak maupun elektronik; radio, surat
kabar, tv dan sebagainya bahwa banyak sekali bencana yang menimpa umat manusia,
seperti bencana di Pakistan, Kamboja dan lain-lainnya, begitupun juga
kecelakaan di darat-laut maupun udara. Terus bagaimana tanggapan kita sebagai
kaum mukmin?
Hadirin yang berbahagia,
Sebagai orang mukmin, menanggapi
masalah tersebut tentu tidak lepas dari Al Qur’an dan Al Hadits, firman Alloh :
أَلَمْ يَرَوْا كَمْ
أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ
مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَكُمْ وَأَرْسَلْنَا
السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا وَجَعَلْنَا الْأَنْهَارَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمْ
فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا آَخَرِينَ
(6- الانعام:6)
Artinya: “Apakah mereka tidak memperhatikan berapa
banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, Padahal (generasi
itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, Yaitu keteguhan yang
belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas
mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami
binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka
generasi yang lain” (6-Al-An’am:6)
Hadirin yang berbahagia,
Hubungan ayat tadi, walaupun kita
dalam keadaan aman makmur, kecukupan dalam segi pengairan, pertanian, keamanan
terjaga, akan tetapi apabila kita selalu berbuat dosa sudah barang tentu Alloh
akan menurunkan musibah dan bencana sebagai peringatan kepada kita semua.
Seperti yang dikatakan:
إِذَا ظَهَرَ الزِِّنَا وَالرِّبَا
عَلَى قَوْمٍ حَلَّتْ عَلَيْهِمُ الْعَذَابُ
“Apabila masalah zina dan riba masih
melanda di kalangan masyarakat, maka sudah waktunya musibah diturunkan pada
masyarakat itu.”
Kemudian bagaimana keadaan sekarang?
Sudah wajar ataukah belum apabila Alloh menurunkan musibah dan bencana? Kami
persilahkan kepada hadirin sekalian.
وَكَمَا قِيْلَ الْمَعْصِيَةُ إِذاَ
أُخْفِيَتْ مَا ضَرَّتْ اِلاَّ لِصَاحِبِهَا وَاِذَا اُظْهِرَتْ وَلَمْ تُغَـيَّرْ
ضَرَّتِ الْعَامَّةَ
Apabila
maksiat itu terselubung, maka bahayanya hanya mengenai pelaku maksiat tersebut,
dan apabila maksiat tersebut dilakukan secara terang-terangan tanpa ada rasa
malu dan perasaan membahayakan, maka bahaya dan siksa itu akan diturunkan
secara keseluruhan (umum) dan merata walaupun di masyarakat tersebut ada orang
shalih yang tidak berbuat maksiat, karena orang shalih tersebut tidak berusaha
untuk menghentikannya, seperti dikatakan:
إِذاَ ظَهَرَّ الْفِتَنُ فَسَكَتَ الْعَالِمُ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ.
Apabila fitnah sudah merata, kemudian yang mengetahuinya
tinggal diam saja (tidak memberantas menurut kemampuannya), maka laknat Alloh
harus ditanggung oleh orang alim tersebut.
Para hadirin yang berbahagia, kita semua menyadari bahwa
kita dalam keadaan bahaya menurut fatwa-fatwa diatas, kemudian bagaiman
solusinya? Dalam Alquran difirmankan:
وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ (11- هود :117)
Artinya:
“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim,
sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan”. ( 11-Huud :117).
Kemudian
cara bagaimana memperbaiki kemungkaran tersebut? Menurut kitab Risalah Almu’awanah
dikatakan:
اَلاِْصْلاَحُ هُوَ الرُّجُوْعُ
اِلىَ اللهِ وَالتَّضَرُعُ وَاْلاِبْتِهَالُ اِلَيْهِ تَعَالىَ فىِ كُلِّ وَقْتٍ
وَلَحْظََةٍ وَنَفَسٍ.
“Cara memperbaiki kemungkaran yaitu kita ajak untuk sadar
kembali kepada Alloh, istilah wahidiyah adalah Fafirruu Ilalloh dan mendekatkan
diri kepada Alloh di setiap waktu, detik dan setiap nafas”.
Seperti pengalaman dalam Wahidiyah selalu Lillah-Billah
di setiap waktu dan merasa berdo’a dan memohon syafa’at dari Rasuululloh.
Dengan begitu yang bersangkutan diharapkan bisa sadar sendiri dan mau untuk
menyudahi maksiat. Realisasi ini bukan hanyalah teori saja akan tetapi bisa
untuk dibuktikan bila anda termasuk diantaranya. Maka dari itu, selagi ada
kesempatan bagi yang belum mengamalkan Sholawat Wahidiyah, silahkan untuk
mencoba untuk mengamalkannya, dan yang sudah mengamalkan marilah kita
tingkatkan, karena nanti sudah sampai pada saatnya, maka tiada lagi kesempatan.
اِنَّ الله َيُمْلِى لِلظَّالِمِ
إِذاَ اَخَذََهُ لَمْ يَفْلِتْـهُ.
"Alloh selalu memberi kesempatan kepada orang
dhalim, nanti pada saatnya alloh akan ambil tindakan dan tidak ada ampunan lagi".
Jangan
merasa aman, firman Alloh :
أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ (7- الاعراف : 97)
”Maka Apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari
kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang
tidur?” (7 - Al-A’raf:97)
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آَمِنُوا بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ
قَالُوا نُؤْمِنُ بِمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَيَكْفُرُونَ بِمَا وَرَاءَهُ وَهُوَ الْحَقُّ
مُصَدِّقًا لِمَا مَعَهُمْ قُلْ فَلِمَ تَقْتُلُونَ أَنْبِيَاءَ اللَّهِ مِنْ قَبْلُ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (7-الاعراف : 98)
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kepada Al
Quran yang diturunkan Allah," mereka berkata: "Kami hanya beriman
kepada apa yang diturunkan kepada kami". dan mereka kafir kepada Al Quran
yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Quran itu adalah (Kitab) yang hak; yang
membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu
membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?" (7- Al-A’raf:98)
أَفَأَمِنُوا مَكْرَ
اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ
اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ (7- الاعراف : 99)
“Maka Apakah mereka merasa aman dari azab
Allah (yang tidak terduga-duga)? tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali
orang-orang yang merugi”.
Hadirin yang berbahagia,
Mujahadah termasuk merupakan usaha
untuk mencegah diturunkannya bencana.
إِذَا اَرَادَ
اللهُ اَنْ يُعَذِّبَ عَلَى قَوْمٍ فَعَلَّمَ مُعَلِّمُ صِبْيَانَـهُمُ
الْحِكْمَةَ رَفَـعَهُ الله ُعَنْهُمْ .
“Ketika Alloh hendak menurunkan siksa
kepada suatu kaum dan disana masih ada yang mengajarkan ilmu hikmah kepada
kanak-kanak mereka maka Alloh mencabut kembali keputusan untuk menurunkan
bencana tersebut”.
Hadirin yang berbahagia,
Maka dari itu marilah bersama
berpartisipasi dalam mujahadah kanak-kanak minggu pagi yang sudah rutin
dilaksanakan di masjid ini, karena mujahadah kanak-kanak disamping bertujuan
tertentu yaitu belajar ma’rifat juga untuk mencegah bencana.
Hadirin yang berbahagia,
Akhir-akhir ini banyak sekali isu
yang tidak bisa dipertanggungjawabkan yaitu akan adanya sebuah musibah di laut
selatan. Masalah ini kita anggap permasalahan kemungkinan dan sesuatu yang
biasa saja yaitu sudah menjadi sunnatullah apabila dunia dipenuhi dengan
kemungkaran maka ditimpakan bencana, terutama apabila kita mengoreksi
penyelewengan-penyelewengan pribadi yang kita laksanakan.
Hadirin yang berbahagia,
Semestinya apabila ada sesuatu yang
berbau negatif, jangan langsung diklaim orang lainlah yang bersalah, akan
tetapi yakini bahwa itu buah dari perbuatan kita sendiri.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا
وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.
بَارَكَ اللهُ لىِ وَلَكُمْ فىِ
الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ وَاغْفِرْوَسَلِّمْ وَاَرْحِمْ وَارْضَ لَنَا
وَلِجَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَاسْتَغْفِرُ اللهِ الْعَظِيْمِ اِنَّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah
Ke-Tiga Belas
“AL ITSAR (MEMENTINGKAN PIHAK LAIN”
اَلْحَمْدُ للهِ الْذِى اَرْسَلَ
رَسُوْلَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِتَتْمِيْمِ اْلاَخْلاَقِ
الْكَرِيْمَةِ , وَمِنْهاَ اْلاِيْثاَرُ وَلَوْكَانَ بِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ خَصَاصُهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّاللهُ لاَضِدَّ وَلاَ نِدَّ لَهُ,
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ رَحْمَةً
لِّلْعَالَمِيْنَ كَافَّةً , يَارَبَّناَ اللَّهُمَّ يَاعَلِيْمُ يَابَارُّ
يَاسَمِيْعُ يَاحَكِيْمُ , صَلِّ عَلَي عَبْدِكَ النَّبِىِّ مُحَمَّدٍ ذِى
الْمَقَامِ وَسَلِّمِ , وَعَلى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَرَضِّناَ عَلىَ الَّذِى بِهِ
رِضَاكَ عَنَّا.
اَمَّا بَعْدُ, اِخْوَانىِ
رَحِمَكُمُ اللهُ اُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَقَالَ تَعاَلىَ
وَيُؤْثِرُوْنَ عَلىَ اَنْفُسِهِمْ وَلَوْكاَنَ بِهِمْ خَصَاصَهُ وَفَعَلَ ذَالِكَ
اْلاِيْثاَرَ اَبُوْبَكْرٍ الصِّدِّيْقِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ عَلىَ رَسُوْلِ اللهِ
صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فىِ غَارِ خِرَاءٍ عِنْدَ الْهِجْرِةِ فَشَقَّ
ثَوْبَهُ لِشَدِّ زُحْرُفِ الْحَيَةِ حَتىَّ لاَ يَبْقَى مِنْ شَقِّ ثَوْبِهِ اِلاَّ
وَاحِدٌ فَشَدَّ بِهِ فَيَبْقَى زُحْرُفٌ وَاحِدٌ فَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَيْهِ.
Para hadirin yang dirahmati Alloh,
Marilah bersama-sama bertaqwa
dan bersyukur kepada Alloh SWT, yang
mana kita masih diberikan Rasul yang dapat menyempurnakan Akhlaq Karimah, diantaranya Itsar, yaitu mementingkan orang lain daripada diri sendiri.
Seperti yang telah dilakukan
oleh Sayid Abu Bakar Siddik di dalam gua Hira ketika mengantarkan Rasululloh
SAW berhijrah ke Madinah. Di dalam gua Hira banyak sekali lubang-lubang ular,
kemudian Abu Bakar merobek bajunya sampai habis untuk menutupi lubang-lubang
ular tadi hingga masih tinggal satu lubang lagi, akhirnya Abu Bakar menutup
satu lubang tersebut dengan kakinya. Semua itu dilakukan untuk keselamatan
baginda Rosul ketika hijrah. Seperti sejarah bakdus shalihin
ditengah-tengah padang pasir ketika hendak beristirahat untuk makan dan minum,
tiba-tiba mereka mengetahui sekawanan anjing yang datang dalam keadaan haus dan
lapar, dia mengalah dan makannanya diberikan pada anjing-anjing itu. Seperti
sejarah para sahabat Anshor terhadap sahabat Muhajirin dalam
surat 59-Alhasr: 9.
وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ
قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً
مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ وَمَنْ
يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (59 الحشر:9)
“Dan orang-orang
yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum
(kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang
berhijrah kepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh
keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka
(Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka
sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung”.
Para hadirin yang
berbahagia,
Marilah kita
bersama-sama
itba’ kepada para sahabat dalam hal Itsar, yakni
mementingkan orang lain daripada dirinya sendiri.
Alangkah
bahagianya, jika keberadaan masyarakat telah
memasyarakatkan Itsar. Akan tetapi alangkah rusaknya akhlaq masyarakat
jika sampai terbalik, yakni mementingkan diri sendiri daripada
mementingkan kepentingan umum. Apalagi
sampai orang lain dijadikan sebagai alat untuk keperluan pribadi. Semoga kita
bisa menerapkan itsar, memasyarakatkan itsar amin-amin yaa robbal
alamin.
بَارَكَ اللهِ لىِ وَلَكُمْ فىِ الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ بِفَضْلِكَ
وَرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
اَقُوْلُ قَوْلىِ هَذاَ وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ.
Khutbah Ke-Empat Belas
“KHOLIFAH”
اَلْحَمْدُ لِلَََهِ الَّذِى جَعَلَ
اْلاِنْسَانَ خَلِيْفَةً لِيَحْمِلَ اْلاَمَانَةَ اَلَّتىِ هِىَ اْلاِقْرَارُ
بِاْلاُلُوْهِيَةِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ
لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرُسُوْلُهُ. بِفَضْلِكَ
اْلعَظِيْمِ ثُمَّ الْخَاتَمِ يَا رَبَّنَا صَلِّ عَلَيْهِ سَلِّمِ , وَاْلاَلِ
غَرِِّقْنَا فىِ بَحْرِ اْلوَحْدَةِ , فىِ كُلِّ حَالٍ دَاِئمًا وَسَاعَةِ.
يَا رَبَّنَا الَّلهُمَّ صَلِّ
سَلِّمِ عَلىَ مُحَمَّدٍ شَفِيْعِ اْلاُمَمِ. وَاْلاَلِ وَاجْعَلِ اْلاَناَمَ
مُسْرِعِيْنَ بِاْلوَاحِدِيَةِ لِرَبِّ اْلعَالمَِيْنَ. يَا رَبَّناَ اغْفِرْ
يَسِّرِ افْتَحْ وَاهْدِنَا قَرِّبْ
وَاَلِّفْ بَيْنَنَا يَا رَبَّنَا.
اَمَّا بَعْدُ إِخْوَانىِ رَحِمَكُمُ اللهُ
أُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ قاَلَ تَعَالىَ فىِ كِتاَبِهِ
اْلكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ
نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Para Hadirin,
Marilah berama-sama bertaqwa
kepada Alloh dan marilah bersama-sama bersyukur kepada-Nya, yang mana kita
sebagai manusia yang mempunyai sifat dholim dan mengkufuri nikmat, diberi
kesempatan yang sangat mulia dengan diangkatnya sebagai kholifah dibumi, firman
Alloh:
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah
di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui." (1- Al-Baqarah:30)
Kemudian Alloh berfirman:
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ
كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا
(33- الاحزاب :72)
Artinya: “Sesungguhnya
Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia
itu Amat zalim dan Amat bodoh” (33- Al-Ahzab:72).
Hadirin,
Marilah sejenak bertafakkur tentang kasih sayang Alloh kepada kita, Alloh Maha
Pencipta segala-galanya, tentu berkuasa mengatur baik buruknya dunia dan mampu
memberikan amanah tanpa kholifah, dan juga Alloh mengatakan bahwa kita selalu
dholim dan bodoh yang tidak mungkin sanggup melaksanakan amanat sebagai
kholifah dan mengemban amanat. Ingat kata جَهُوْلٌ
كَفُوْرٌ
hakikatnya
yang melaksanakan sebagai pelaksana, segalanya hanyalah Alloh. seperti yang
firman Alloh:
وَاللهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ (37- الصفات:96)
Alloh adalah dzat
yang menciptakan kamu semua dan apa saja yang kalian laksanakan. Adapun ayat ِإنىِِ جَاعِلٌ فِى اْلاَرْضِِِِ
خَلِيْفَة
dan فَحَمَلَهَا
اْلاِْنْسَانُ termasuk bidang syari’at.
Hadirin,
Jelas
sudah bahwa kita memikul tugas sebagai kholifah dan pengemban amanah
tentu kita berusaha supaya “Al Wakilu ka Al Muwakkil” walaupun tidak
mutlaq umpamanya apabila Alloh bersifat Rahman Rahiim kita juga harus memiliki
belas kasih sayang. Apabila Alloh “Ghafur Rahiim” kita juga harus “Saukau mimma amkana”, pokoknya
berusaha ta’alluq biakhlaaqillah”.
Hadirin,
Tugas kita
sebagai kholifah di bumi adalah “Islah” (berbuat baik) baik dalam bidang
moral maupun dhohir bathin seperti yang digalakkan pemerintah sekarang ini.
Para hadirin,
Hubungan
dengan bidang moral seperti yang sudah kita ketahui dan alami sekarang didalam
atau luar negeri akhir-akhir ini. Ini
sangat memperihatinkan pihak-pihak orang tua, sebab kerusakan moral
remaja ini mesti condong ke arah kemurkaan, kemaksiatan, parahnya lagi marah
menjadi biang marahnya Alloh dengan ditimpakannya bencana alam, kerusuhan,
permusuhan, peperangan kemiskinan dan seterusnya. Murka adalah pangkal dari
segala-galanya, seharusnya masalah moral kita perhatikan, disamping......
bahkan lebih diutamakan.
Cara untuk
membangun mental ala Islam itu ada 2, akan tetapi yang terpenting sekarang
adalah kita tanam ketauhidan kepada Alloh dengan istilah ”kesadaran bertauhid”,
seperti yang sudah kita maklumi dalam 5 pilar Islam, yang pertama adalah
Syahadat Tauhid seperti halnya juga rukun Iman yang pertama, yakni iman Billah,
begitu juga Pancasila, sila pertama adalah juga Ketuhanan Yang Maha Esa.
Setengah
dari cara memasyarakatkan iman Billah yaitu mengajak masyarakat untuk merasa
Billah dengan cara menggalakkan penerapannya, firman Alloh :
وَاللهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ (37-
الصفات:96)
“Alloh
yang menciptakan kalian semua dan menciptakan apa saja yang kalian perbuat”
لاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّ
بِاللهِ
“Tidak ada daya
dan kekuatan melainkan hanya dari Alloh semata”.
Adapun
penerapannya; Segala gerak-gerik, musik, bunyi, dhohir dan bathin, harus merasa
bahwa yang menggerakkan adalah Alloh bukan merupakan kekuatan dan bukan
kehendak sendiri atau “Billah”, selain itu juga gerak gerik yang bukan termasuk
maksiat supaya dapat bernialai ibadah atau “Lillah”, dengan terampil
instropeksi hati Lillah Billah insyaAlloh ketauhidan kita tumbuh dengan subur
dan pesat apalagi jika dipupuk dengan Sholawat Ma’rifat atau Sholawat
Wahidiyah.
Para hadirin, Nabi
bersabda:
طُوْبىَ لِلْمُصْلِحِيْنَ بَيْنَ
النَّاسِ هُمُ الْمُقَرَّبُوْنَ يَوْمَ اْلقِيَامَة
"Sungguh
bahagia orang yang baik kepada manusia, besok di hari kiamat dia termasuk orang
yang dekat dengan Alloh, inilah yang berhubungan dengan bab kholifah."
Adapun yang berhubungan dengan amanah, Nabi
pernah bersabda :
وَاشَوْقَاهُ ِلاِخْوَانِنَاالَّذِى
يَأْتُوْنَ مِنْ بَعْدِى
"Rindu sekali
aku kepada orang yang meneruskan perjuanganku."
Akan
tetapi sebaliknya andai kita sudah mengetahui lalu kita tidak meampaikan, maka
Alloh akan melaknat dan juga mereka yang berhak melaknat, Alloh berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ
وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ (50- ق:159)
“Sesungguhnya orang-orang yang Menyembunyikan apa yang telah
Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah
Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah
dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat melakna".
Semoga
kita semua menjadi khalifah yang “Rindu berat”, amin-amin ya robbal ‘alamin.
بَارَكَ اللهُ لىِ وَلَكُمْ فىِ اْلقُرْأَنِ اْلكَرِيْمِ وَجَعَلَنَا
وَاِيَّاكُمْ مِنَ الَّذِيْنَ يَـأْتُوْنَ مِنْ بَعْدِ رَسُوْلٍ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
وَعَلَيْهِمْ اَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ
اْلعَالَمِيْنَ. اَقُوْلُ قَوْلىِ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمِ اِنَّهُ
هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحيمُ .
Khutbah
Ke-Enam Belas
“ADAB
KEPADA RASUL”
اَلْحَمْدُ
للهِ الَّذِى جَعَلَنَا اُمَّةَ سَيِّدِ اْلاَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ , وَحَبِيْبِ
رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ اَشْهَدُ اَنْ
لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ اْلمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْنُ , وَاَشْهَدُ اَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ.
اَّلَّلهُمَّ
صَلِّ وَسَلِّمِ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ
اَجْمَعِيْنَ وَالْحَمْدُلِلًّهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ.
اَماَّ
بَعْدُ اِتَّقُوا اللهَ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعاَلىَ وَهُوَ
اَصْدَقُ الْقَاِئلِيْنَ اَعُوْذُ بِاللهِ السَّمِيْعِ اْلعَلِيْمِ مِنَ
الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : يَااَيُّهَا اَّلذِيْنَ أَمَنُوا قُوْا اَنْفُسَكُمْ
وَاَهْلِيْكُمْ ناَرَا الَّتىِ وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ اُعِدَّةْ لِلْكَافِرِيْنَ. قاَلَ عَلِىٌّ كَرَمَ الله ُوَجْهَهُ
اَكْرِمُوا اَوْلاَدَكُمْ وَاَحْسِنُوا اَدَبَهُمْ . رَوَاهُ اِبْنُ مَاجَهْ . اَمَّا
اْلاَدَابُ هُوَ اِجْتِمَاعُ حِصَالِ الْخَيْرِ.
Hadirin yang
berbahagia,
Marilah
bersama bertaqwa kepada Alloh SWT, memperhatikan firman Alloh yang artinya: “Wahai
orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu yang disediakan bagi mereka yang kufur”.
Menurut fatwa
sayyidina Ali, tafsir ayat tersebut adalah: “muliakan anak-anakmu dan perbaiki adab-adabnya”. Yang dinamakan adab
seperti yang diterangkan dalam kitab Jami’ul Ushul 176
yaitu: mengusahakan budi pekerti yang baik.
Masalah adab merupakan
hal yang menentukan sekali, Ba’d Shalihin berkata:
مَنْ تَرَكَ اْلاَدَبَ فىِ
اْلبِسَاطِ رُدَّ اِلىَ اْلبَابِ وَمَنْ تَرَكَ اْلاَدَبَ فىِ اْلبَابِ رُدَّ
اِلىَ سِيَاسَةِ الدَّوَابِ.
“Orang yang meninggalkan
adab di tempat bertamu, maka kembalikan ke pintu dan apabila tidak beradab di
di depa pintu maka kembalikan saj ke kandang hewan.”
قاَلَ اْلقَاضِى عِيَاضْ فىِ كِتاَبِ الشِّفَا فىِ حُقُوْقِ الْمُصْطَفَى.
اِعْلَمْ اَنَّ حُرْمَةَ النَّبِىِّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ
وَفَاتِهِ وَتَعْظِيْمَهُ وَتَوْقِيْرَهُ لاَزِمٌ كَمَا كَانَ حاَلَ حَيَاتِهِ
ِلاَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقِيْقَتَهُ لَمْ يَمُتْ.
وَقَالَ اللهُ تَعَالىَ:
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ
أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (3-ال عمران:169)
Syaikh
Qodli ‘Iyad berkata dalam kitab Huquq Al Mustofa: Sesungguhnya menghormat dan
mengagungkan Nabi sepeninggalnya beliau sama halnya menghormat dan
mengagungkannya ketika beliau masih hidup, sebenarnya Nabi tidak meninggal,
akan tetapi pindah tempat. Seperti yang difirmankan Alloh yang artinya: “Janganlah
kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan
mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.”
وَقَالَ اِبْرَاهِيْمُ اَلتَّحِيْبِيْ : وَاجِبٌ عَلَى
كُلِّ مُؤْمِنٍ مَتىَ ذَكَرَهُ اَوْذُكِرَ عِنْدَهُ اَنْ يَحْضَعُ وَتَخْشَعَ
وَيَتَوَقَّرَ وَيَسْكُنَ مِنْ حَرْكَتِهِ وَيَأْخُذَ فىِ هَيْبِتِهِ
وَاِجْلاَلِهِ بِمَا كَانَ يَأخُذُ نَفْسَهُ لَوْ كَانَ بَيْنَ يَدَيْهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فىِ مَجْلِسِهِ فَيُفْرِضُ ذَلِكَ َويَتَمَـثٌّـلُهُ فَكَأَنَّهُ
عِنْدَهُ وَيَتَأَدَبُ بِمَا اَدَّبَنَا اللهُ مِنْ تَعْظِيْمِهِ
وَتَكْرِيْمِهِ وَ حِفْظِ الصَّوْتِ وَنَحْوِهِ وَقَالَ اللهُ
تَعَالىَ:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ
النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ
تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ (49-الحجرات : 2)
Syaikh
Ibrahim Taqiyuddin berkata: “Wajib hukumnya bagi setiap mu’min kala menyebut
atau mendengar nama Rosuululloh untuk merasa hina, mengagungkan dan anteng,
merasa takut dan ta’dzim, ibarat ada di depan Nabi dan wajib bertata krama
seperti tata krama yang diharapkan oleh Alloh. Yaitu mengagungkan, memuliakan,
merendahkan suara diantara lainnya. Dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan
suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian
yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari."
Hadirin
yang berbahagia,
Selain
itu, tidak berdosa bagi orang yang mahabbahnya sangat notok, tidak mampu
menguasai adab sampai meninggalkannya. Contohnya seperti yang dialami oleh
burung platuk yang rindu pada istrinya yang bersembunyi dalam kerajaan Nabi
Sulaiman, sampai-sampai dia berkata, jika kamu tidak mau keluar dari kerajaan
Nabi Sulaiman maka akan ku balik kerajaan tersebut. Kemudian dipanggilnya
burung platuk tersebut dan ditanya kenapa kamu berkata seperti itu? Jawabnya:
Wahai Nabi Sulaiman, ucapan orang yang rindu tidak bisa disalahkan.
Para
hadirin yang berbahagia,
Perbedaan
pendapat antara ahli tasawuf dan ahli syari’at tentang adab sama – sama
memiliki dasar. Orang tasawuf lebih mengutamakan adab daripada perintah.
Sebaliknya ahli syari’at, mereka lebih
mengutamakan perintah dan mengakhirkan adab, maka dari itu kata Sayyidina Ali
tidak berlaku bagi mereka dengan dasar:
لاَ تُسَيِّدُنىِ فىِ الصَّلاَةِ.
Ahli tasawuf
dengan menggunakan dasar Abu Bakar Siddiq, tidak mau menjadi pimpinan/kholifah
dikarenakan sekedar menjaga adab.
بَارَكَ اللهُ لىِ
وَلَكُمْ فىِ اْلقُرْأْنِ الْكَرِيْمِ
وَرَزَقَنَا وَاِيَّاكُمْ باَِدَابِ الصَّالِحِيْنَ بِرَحْمَتِكَ
يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَاسْتَغْفِرُ
الله َالْعَظِيْمَ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Ke-Tujuh Belas
“KEUTAMAAN MANUSIA”
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى كَرَّمَنَا
بِالْمُصْطَفَى مُحَمَّدٍ حَبِيْبِنَا, يَارَبَّناَ صَلِّ وَسَلِّْمْ دَائِمًا
عَلىَ الرَّسُوْلِ الْمُصْطَفَى مَنْ قَدْ سَمَا, مُحَمَّدٍ اَصْلِِ جَمِيْعِ
الْخَلْقِ وَرُوْحِهِ فَهُوَ حَبِيْبُ الْحَقِّ, اِجْمَعْ لَنَا بِهِ جَمِيْعَ
الْحَالاَتِ , كَذَا عَلَيْهِ بِجَمِبْعِ السَّاعَةِ , وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ
وَرَضِّنَا عَلَى الَّذِى بِهِ رِضَاكَ
عَنَّا .
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ
الله ُخاَلِقُنَا وَاَشْهَدُ اَنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَلَّذِى هُوَ شَافِعُنَا .
اَمَّا بَعْدُ اِتَّقُوا الله
َفَقَدْ فاَزَ الْمُتَّقُوْنَ , اَيُّهَاالْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ الله , ُاَنَّ
الله َجَعَلَ اْلاِنْسَانَ فىِ اَحْسَنِ تَقْوِيْمِ وَاَسْكَنَهُ بَيْنَ مُلْكِهِ
وَمَلاَئِكَتِهِ الْعَظِيْمِ حِسًّا وَمَعْْنًى, أَمَّا فىِ
الْحِسِّ فَاِنَّ اللهَ تَعَالىَ
اَسْكَنَهُ بَيْنَ السَّمَاءِ وَاْلاَرْضِ وَسَخَرَهُمَّاوَمَا فِيْهَا لِلنَّاسِ كَمَا قَالَ
تَعَالىَ وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا ِفي السَّمَوَاتِ وَماَ فيِ اْلاَرْضِ جَمِيْعًا إِنَّ
فيِ ذَلِكَ اْلاَياَتِ لِقَوْمِ يَتَفَكَّرُوْنَ
(45- الجاثية:13)
Hadirin yang berbahagia,
Marilah bersama-sama syukur dan
bertaqwa terutama
syukur, yang mana manusia telah dianugerahi kelebihan dibanding lainnya, baik
ditinjau dari segi dhohir maupun batin. Dari segi dhohir seperti wujud
fisiknya, kita lebih baik dibanding hewan ghoiru nathiq. Kita
ditempatkan ditengah-tengah antara langit dan bumi, sesungguhnya langit dan
bumi disediakan bagi manusia untuk mengabdikan diri kepada Alloh. Yang kedua
dapat dibuktikan secara akal atau ilmiah bagi orang yang berfikir sehat.
وَاَمّاَ فِي اْلمَعْنَوِىِّ اَنَّ
الله َجَعَلَ اْلاِنْسَانَ مُتَضَمِّنًا ِلاَسْرَارِ جَمِيْعِ اْلمَوْجُوْدَاتِ
عُلْوِّهَا وَسُفْلِهَا وَمِنْهَا صِفَاتُ الْمَلاَئِكَةِ وَهِىَ اْلعَقْلُ
وَالْمَعْرِفَةُ وَاْلعِبَادَةُ.
Para hadirin yang
berbahagia,
Kebaikan manusia sebangsa
ma’nawi mereka dianugerahi menyimpan rahasia segala yang wujud didunia ini,
baik yang ada diatas maupun yang ada di bawah, baik kasar maupun halus, diantaranya
manusia dianugerahi siftat-sifat malaikat seperti akal, ma’rifat ibadah seperti
ibadahnya malaikat. Pada dasarnya ketika
Nabi Muhammad SAW melihat ibadahnya malaikat yang berbagai macam jenisnya, ada
yang hanya melulu takbir, tasbih, ruku’, sujud, dzikir selama-lamanya. Nabi
memohon supaya umatnya bisa beribadah seperti malaikat, alhamdulilah dikabulkan
oleh Alloh dengan wujud ibadah sholat yang sempurna seperti halnya ibadah yang
dilakukan oleh malaikat.
وَمِنَ اْلمَعْنَوِى صِفُاتُ
الشَيْطَانِ قَالَ تَعَالىَ "وَنَفْسٍ
وَمَا سَوَّاهَا" وَمِنْ صِفَاتِ
الشَيْطَانِ اْلاِغْوَاءُ وَالتَّمَرُدُ وَالطُّغْيَانُ.
Dan sebagian dari sifat ma’nawi yang dimiliki oleh
manusia sifat Syaithoniyah, yaitu menyesatkan, berlarut-larut dalam
kedurhakaan. Hikmah yang dapat dipetik dari sifat Syaithoniyah adalah supaya
digunakan sebagai kendaraan Fafirruu Ilalloh dan untuk menggapai gelar shobir.
Apabila manusia bersifat sabar maka mendapat garansi :
اِنَّ
اللهَ مَعَ الصَّابِرين
Caranya, nafsu bisa digunakan
sebagai kendaraan adalah seperti halnya penerapan Lilah-Billah, Lirrasul
-Birrasul , Lilghouts Bilghouts, Yu’ti Kulla dzii haqqin haqqoh, Taqdiiimul
Aham Fal Aham tsumal anfa’ fal Anfa’.
وَمِنَ الْمَعْنَوِى صِفَاتُ الْحَيَوَانَاتِ وَيُعْلَمُ ذَلِكَ اَنَّ
اْلاِنْسَانَ فىِ حَالِ اْلغَضَبِ يَكُوْنُ اَسََدًّا وَفىِ حَالِ الشَّهَوَةِ
يَكُوْنُ حِنْزِيْرًا لاَيُبَالىِ كَيْفَ عَاقِبَتُهُ وَفىِ حَالِ الْحِرْصِ عَلَى
الدُّنْياَ وَالشَّرَهِِ يَكُوْنُ كَلْبًا وَفِى حَالِ اْلاِحْتِيَالِ يَكُوْنُ
ذِئْبًا.
Sebagian lagi dari
sifat ma’nawi manusia adalah sifat yang dimiliki oleh hewan, buktinya
ketika manusia senang dalam keadaan marah, mereka seperti sebangsa harimau,
ketika nafsu birahinya muncul maka seperti babi yakni tidak perduli dengan
akibat yang nanti ditimbulkan ketika mereka gila dunia. Maka sifat yang muncul
adalah sifatnya anjing dan ketika menipu yang timbul adalah sifat daripada
musang.
اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ وَمِنَ اْلمَعْنََوِى صِفَهُ النَّباَتِ أَنَّهُ فىِ
مُبْتَدِئَتِهِ غَصْنًا طَرَارِيًّا مُتَرَعْرِيًّا اَيْ مُتَحَرِّكًاوَفىِ
اَخِرِهِ ياَبِسًا اَسْوَدَ.
Sebagaian dari
sifat ma’nawi manusia adalah sifat dari tumbuh-tumbuhan yaitu
permulaannya tumbuh subur, akhirnya layu, kering dan kemudian hancur.
وَمِنَ اْلمَعْنَوِى صِفَهُ اْلاَرْضِ اَنَّ اْلاِنْسَانَ مَحَلُّ نَبَاتِ
اْلاَخْلاَقِ اِمَّا كَرِيْمَةً اَوْ سَيِّئَةً كَمَا اَنْبَتَتِ اْلاَرْضُ
النَّبَاتَ اِمَّا نَافِعًا وَاِمَّا مُضِرَّةً.
Manusia
dianugerahi layaknya bumi yaitu menumbuhkan budi perkerti yang baik dan buruk,
seperti bumi menumbuhkan yang bermanfaat dan yang membahayakan, firman Alloh
dalam Surat 14-Ibrahim: 24-26:
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً
كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاء تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا
وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ.
وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ
مِنْ فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ (14- ابراهيم:24-26)
24. Tidakkah kamu perhatikan bagaimana
Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik, seperti pohon yang baik,
akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.
25. Pohon itu
memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat
perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
26. Dan
perumpamaan kalimat yang buruk, seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut
dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.
Marilah
kita koreksi diri masing-masing tanaman tauhid kita, Iman, Islam yang ada di
hati kita. Apakah sudah tumbuh menjulangkah ke langit dan sudah berbuah sesuatu
yang dirahasiakan oleh orang banyak?. Apabila sudah dengan sesungguhnya,
marilah kita tingkatkan, apabila belum, marilah secepatnya supaya dapat
membuahkan kemanfaatan bagi masyarakat dan jami’al alamin yaitu dengan
melaksanakan perintah.
وَجَاهِدُوا فىِ سَبِيْلِ اللهِ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ :
"Bersungguh-sungguhlah
di jalan Alloh supaya kalian selamat."
وَمِنْ صِفَاتِ السَّماَءِ انَهَّ
ُمَحَلُّ اْلاَسْرَارِ زمَجْمَعُ الْمَلاَئِكَةِ.
"Manusia dianugerahi seperti sifat
langit yaitu, menjadi tempat rahasia dan tempat berkumpulnya para
malaikat."
Para hadirin,
Banyak
sekali rahasia Tuhan dalam diri manusia yang tidak bisa ditembus oleh akal
biasa seperti dalam diri kita. Dalam setiap anggota tubuh ini membutuhkan
malaikat minimal tujuh atau lebih. Dan
dalam hal ini marilah kita lihat dalam Ihya Ulumuddin Juz 4 hlm.104.
وَمِنْ صِفَاتِ اْلعَرْشِ اَنَّهُ
مَحَلِّ التَّجَلِّى وَاْلاَسْرَارِ:
Para hadirin, "Manusia juga dianugerahi sifat dari Arsy,
yaitu tempat rahasianya Alloh."
وَمِنْ صِفَاتِ الْجَنَّةِ
وَالنَّارِ اَنَّهُ اِذَا حَسُنَتْ اَخْلاَقُهُ تَنَعَّمَ بِهِ جَلِيْسُهُ وَاِذَا
قَبُحَتْ اَخْلاَقُهُ اِحْتَرَقَ بِهِ جَلِيْسُهُ.
"Manusia juga dianugerahi sifat dari
surga dan neraka yaitu andai akhlaq manusia itu baik, keluarga dan masyarakat
juga merasakan buah dari akhlaq terpuji tersebut. Namun sebaliknya, andai
akhlaq manusia itu buruk, maka keluarga dan masyarakat pun juga akan merasakan
buah dari akhlaq tersebut."
Hadirin yang
berbahagia,
Alloh
menjadikan manusia lengkap dan lebih baik, dengan tujuan supaya mereka sadar
terhadap rahmat Alloh dengan harapan mereka mau bersyukur. Apabila tidak sadar
dan syukur maka akan dilaknat menjadi paling hinanya makhluq.
باَرَكَ الله ُلىِ وَلَكُمْ فىِ
اْلقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ وَجَعَلَنَاوَاِيَّاكُمْ مِنْ الشَّاكِرِيْنَ
وَالْعَارِفِيْنَ وَاْلكَامِلِيْنَ اْلمُكَمِلِّيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
وَالْحَمْدُللهِ رَبِّ
اْلعَالمَيِْنَ
وَاسْتَغْفِرُ الله َالْعَظِيْمِ
اِنَّهُ هُوَ اْلغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH
JUM’AH KEDUA
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى كَرَّمَنَا بِالْمُصْطَفَى مَحَمَّدٍ حَبِيْبِنَا.
بَارَبَّنَا صَلِ وَسَلِّمْ دَائِمًا عَلَى الرَّسُوْلِ الْمُصْطَفَى مَنْ قَدْ
سَمَا. مُحَمَّدٍ اَصْلِ جَمِيْعِ الْخَلْقِ وَرُوْحَهُ فَهُوَ حَبِيْبُ الْحَقِّ.
اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَمَّا بَعْدُ أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ. قَالَ تَعَالىَ أَعُوْذُ
بِاللهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ وَمَا كَانَ اللهُ بِظَلاَّمٍ لِلْعَبِيْدِ.
بَارَكَ اللهُ لىِ وَلَكُمْ فىِ اْلقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ
رَبِّ الْعَالَمِيْنَ .
اَلَّلهُمَّ اَصْلِحْ وَارْحَمْ لاُِمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَلَّلهُمَّ اغْفِرْ وَيَسِّرْ ِلاُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَللَّهُمَّ فَرِّجْ وَارْضَ عَنْ اُمَّةِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَجَمِيْعِ مَنْ آَمَنَ
بِكَ وبِهِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
اْلعَالَمِيْنَ.
اَلَّلهُمَّ اغْفِرْلَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِمَسَايِخِنَا وَلِمَنْ لَهُ
حُقُوْقٌ عَلَيْنَا وَلِجَمِيْعِ مَنْ عَمِلَ بِهَذِهِ الصَّلَوَاتِ
الْوَاحِدِيَةِ وَمَنْ اَعَانَ عَلَيْهَا اِلىَ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ وَلِجَمِيْعِ
الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ عَامَّةً بِجَاهِ النَِّبى كاَشِفِ اْلغُمَّةِ
وَهَادِى اْلاُمَّةِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَبَارِكْ وَسَلِّمْ عَدَدَ كُلِّ
شَيْئٍ بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهْ. اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ
ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ والْبَغْيِ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ , أُذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ
يَذْكُرْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ
يُعْطِكُمْ , وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ.
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ
وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ