Adab-adab Mujahadah


Adab-Adab Mujahadah

1.    Dijiwai LILLAH-BILLAH, LIRROSUL-BIRROSUL, LILGHOUTS-BILGHOUTS ! (lihat Ajaran Wahidiyah)
2.    Hatinya hudlur berkonsentrasi kepada Alloh .
Sabda Nabi SAW :
الإِحْسَانُ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ (رَوَاهُ الْبُخَارِي وَمُسْلِمٌ عَن أبي هُريْرَةَ رضي الله عنه)
“Penerapan “ihsan” yaitu engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan melihat-Nya, maka apabila belum bisa  sadarilah sesungguhnya Alloh melihat kamu  (HR Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairoh Ra.)
3.     ISTIHDLOR, yakni merasa berada di hadapan Rosululloh , wa Ghoutsi Hadzaz Zaman , dengan ketulusan hati, ta’dhim (memuliakan), mahabbah(mencinta) sedalam-dalamnya dan semurni-murninya.
a.    Imam Al-Ghozali berkata:
وَقَبْلَ قَوْلِكَ "السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبـِىُّ" أَحْضِرْ شَخْصَـهُ الْكَرِيْمَ فِي قَلْـبِكَ وَلْيـُصَدِّقْ أَمَلَكَ فِي أَنَّهُ يَبْلُغُهُ وَيَرُدُّ عَلَيْكَ بِمَا هُوَ أَوْفَى (ألإحيآء في باب الصلاة وسعادة الدرين : 223)
Sebelum kamu mengucapkan "السـَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبـِىُّ" (pada saat baca tahiyat ) hadirkan pribadi Beliau yang mulia dalam hatimu dan mantapkan angan-anganmu bahwa salam kamu sampai pada Beliau dan Beliau menjawabnya dengan jawaban yang lebih tepat” (Dalam kitab Ihya’ bab sholat dan Sa’adatut Daroini hal 123 )
b.      Dalam Kitab Jami’ul Ushul hal 48 :
قَلْبُ الْعَارِفِ حَضْـرَةُ اللهِ وَحَوَاسُهُ أَبْوَابُهَا , فَمَنْ تَقَرَّبَ  إِلَيْهِ بِالْقُرْبِ الْمُلاَئِمِ لَهُ فُتـِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْحَضْرَةِ
Hatinya orang arif Billah itu merupakan hadlrotulloh dan indranya sebagai pintu-pintu hadlroh. Maka barang siapa yang mendekatkan diri kepada Beliau dengan pendekatan yang serasi (sesuai) dengan kedudukan Beliau, akan ter-bukalah baginya pintu-pintu hadlroh (sadar kepada Alloh ) 
c.    Dalam kitab As-Syifa hal. 32 : Syaikh Abu Ibrahim At-Tajibi berkata :
وَاجِبٌ عَلَى مُؤْمِنٍ مَتَى ذَكَرَهُ  أَوْ ذُكِرَ عِنْدَهُ أَنْ يَخْضَعَ  وَيَتَوَقَّرَ وَيَسْكُنَ مِنْ حَرَكَتـِهِ وَيَأْخـُذَ فِي هَيْبَتِهِ وَإِجْلاَلِـهِ بـِمَا كَانَ يَأْخُـذَ نَفْسَهُ  وَيَتَأَدَّبَ   بِمَا أَدَّبَنَا اللهُ بِهِ مِنْ تَعْظِيْمِهِ وَتَكْرِيْمِهِ .....    الخ
“Setiap orang yang beriman ketika menyebut Nabi  atau nama Beliau disebut, diwajibkan menunduk, memuliakan dan diam (tidak bergerak) serta berusaha mengagungkan dan memuliakan sebagaimana berhadapan langsung serta mem-bayangkan seakan-akan berada di hadapan Beliau, dan beradab dengan adab-adab yang telah diajarkan oleh Alloh yaitu ta’dhim (mengagungkan) dan takrim (memuliakan) Beliau, …..
4.    TADZALLUL yakni merasa rendah diri dan merasa hina sehina-hinanya akibat perbuatan dosanya.
 Dalam kitab “Taqribul Ushul” , hal.156 disebutkan ,
الإِقْبَالُ إِلَى اللهِ )وَرَسُوْلِهِ (  بِشِدَّةِ الذُّلِّ وَالإِنْكِسَارِ مَعَ التَّبَرِّى عَنِ الْحَوْلِ وَالْـقُـوَّةِ أَصْلُ كُلّ ِ خَـيْرٍ دُنْيَوِىٍّ وَأُخْـرَو ِىّ ٍ .
“ Menghadap kepada Alloh wa Rosuulihi  dengan sungguh-sungguh merasa hina dan meratapi dosa-dosa serta merasa tidak mempunyai daya dan kekuatan adalah pangkal segala kebaikan dunia dan akhirat”.
5.    TADHOLLUM yakni merasa penuh berlumuran dosa dan banyak berbuat dholim. Dholim dan dosa terhadap Alloh , wa Rosuulihi  wa Ghoutsi Hadzaz Zaman. Dosa terhadap kedua orang tua. Anak, keluarga, saudara, tetangga, terhadap bangsa, negara dan sebagainya terhadap semua makhluq yang ada hubungan hak dengan kita.
Ingat dan merasa sedalam-dalamnya bahwa diri kita termasuk dalam Firman Alloh
إِنَّ الإِ نْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ  (14- ابرهيم : 34 )
“Sesungguhnya manusia itu selalu berbuat dlolim dan kufur” (QS. 14-Ibrohim : 34).
6.     IFTIQOR yakni merasa butuh sekali, butuh terhadap maghfiroh (ampunan), perlindungan dan taufiq hidayah Alloh , butuh syafa’at tarbiyah Rosululloh , butuh barokah nadhroh dan do’a restu Ghoutsi Hadzaz Zaman Wa A’waanihi wasaa’iri Auiliyaa’i Ahbaabillah Rodliyallohu  Anhum.
7.     Bersungguh-sungguh dan berkeyakinan bahwa mujahadah / do’anya akan dikabulkan oleh Alloh Ta’ala.  Tidak ragu-ragu dan putus asa meskipun belum ada tanda-tanda diijabahi.
Sabda Nabi SAW :
اُدْعُوا اللهَ وَأَنْتُمْ  مُوْقِنُوْنَ بِالإِجَابَةِ وَاعْلَمُـوْا أَنَّ اللهَ لاَيَسْتَجـِيْبُ  دُعَآءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَهٍ (رواه الترمذي والحاكم عن ابي هريرة)

“Berdo’alah kepada Alloh dengan berkeyakinan bahwa (do’a-mu) diijabahi; dan ketahuilah bahwasanya Alloh  tidak mengijabahi do’a dari hati yang lupa dan lalai. (HR. Turmudzi dan Hakim, dari Abi Hurairoh Ra.)
Sabda Nabi  :
يُسْتَجَابُ لأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ فَيَقُولُ قَدْ دَعَوْتُ رَبِّي فَلَمْ يَسْتَجِبْ لِي  (رواه مسلم عن ابي هريرة)
Doa salah satu dari kalian akan diijabahi selagi tidak terburu-buru, lalu berkata “Aku telah berdoa dengan bersungguh-sungguh kepada Tuhanku namun Dia tidak mengijabahi doa-ku”. (H.R. Muslim dari Abi Hurairah R.a).
8.     Disamping memohon untuk diri sendiri dan sekeluarga supaya memohonkan bagi ummat dan masyarakat, bangsa negara dan seterusnya. Pokoknya bagi semua yang ada hubungan hak dengan kita, lebih-lebih mereka yang kita rugikan, moriil atau materiil, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Secara umum dan garis besar, yang dimohonkan adalah maghfiroh, hidayah, taufiq dan barokah.
Sabda Nabi
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِى الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِى السَّمَاءِ (رواه  الترمذي  عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو)
“Orang-orang yang mengasihi dan menyayangi (kepada sesama) akan dikasih-sayangi oleh Alloh Yang Maha Pengasih. Kasih sayangilah orang-orang yang ada di bumi maka kalian akan dikasihi oleh yang berada di langit. (HR. At-Tirmidzi dari Abdulloh bin ‘Amrin)
 9.     Bacaannya supaya tartil sesuai dengan makhrojtajwid dan mad (panjang pendeknya) serta tanda baca yang tepat.
10.  Gaya, lagu, sikap dan cara pelaksanaannya supaya sesuai dengan tuntunan dari Muallif Sholawat Wahidiyah (Pelajari kaset mujahadah Beliau)
11.  Bacaan makmum tidak boleh mendahului bacaan imamnya dan juga tidak boleh terlalu jauh ketinggalan (Jawa, dlewer). Bacaan dan suara harus seragam. Tidak boleh terlalu tinggi dari suara Imam ! Paling-paling sama atau lebih rendah sedikit.
Sabda Nabi  dalam hal berjamaah sholat :
إِنَّمَا جُعِلَ الإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ (رَواهُ مُسْلِمٌ عَن أَبي هُرَيْرَةَ)
Bahwasanya diadakannya imam agar diikuti” H.R. Muslim dari Abi Hurairah R.a).
12.  Bagi yang terpaksa tidak dapat mengendalikan kerasnya suara, supaya mengambil jarak dari mikrofon agar tidak menggangu / mempengaruhi yang lain.
13.  Lagu “tasyaffu’” harus seragam mengikuti tuntunan yang diberikan oleh Hadlrotul-Mukarrom Muallif Sholawat Wahidiyah . Tidak boleh membuatghoyah atau variasi sendiri. Yang mengetahui kesalahan mengenai lagu (juga mengenai kesera-gaman mujahadah) berkewajiban memperingatkan dengan cara bijaksana. Bagi yang sukar untuk mengadakan penyesuaian, jangan berada di dekat mikrofon, atau untuk sementara waktu tidak boleh memimpin lagu “tasyafu” atau menjadi imam mujahadah. Agar kekeliruannya tidak menular kepada yang lain
14.  Jika mengalami pengalaman batin, tangis atau jeritan supaya dikendalikan dan dimanfaatkan sekuat mungkin untuk lebih mendekat kepada Alloh  waRosuulihi .. Jangan sampai menimbulkan gangguan terhadap lingkungannya.


PROFIL PENYIAR SHOLAWAT WAHIDIYAH (PSW)